•nine-BACKGROUND•

909 63 9
                                    

im really confused with my self~
dandelion, 15.

'ღ'-selamat membaca ay!🫀[SILAHKAN VOTE, KOMEN DAN FOLLOW TERLEBIH DAHULU]

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

''-
selamat membaca ay!🫀
[SILAHKAN VOTE, KOMEN DAN FOLLOW TERLEBIH DAHULU]

Di balkon ini, balkon kamar yang hanya di terangi dengan cahaya lampu kuning remang. Abi duduk bersandar di kursi rotan. Ia hadapkan badan nya menyaksikan pemandangan halaman samping rumah megah milik Bhadrika. Pemandangan yang selalu Abi saksikan adalah kebun strawberry dan tanaman bunga yang lumayan luas. Halaman tersebut tak lagi sama seperti dahulu, memang masih tetap terawat, hanya saja kurang telaten dan tidak sesempurna sewaktu mama yang turun tangan merawat halaman tersebut.

Semenjak mama pergi tidak ada lagi wanita yang gemar berkebun dan merawat bunga-bunga hidup. Bagaimana Abi tidak dejavu, view kamar nya saja pas tertuju pada halaman tersebut. Otomatis Abi akan selalu mengingat segala kenangan-kenangan yang terukir bersama mama. Segala kenangan indah yang mama ukir di hati nya. Segala hal manis yang selalu mama lakukan untuk sosok laki-laki tangguh bernama Abi. Mama yang selalu mengajak Abi untuk merawat bunga-bunga itu. Dan mama juga yang mengajarkan Abi arti penting mengenai kasih sayang.

Namun, mama juga yang menorehkan luka dan membuat Abi lupa akan penting nya kasih sayang itu. Mama juga mengajarkan Abi untuk selalu berbagi bunga pada orang-orang sekitar, terlebih orang yang berperan penting di kehidupan. Dan maka dari situlah tercetus akan Abi yang gemar memberikan bunga kepada orang-orang.

Abi hanya mengenakan celana panjang katun tanpa atasan. Laki-laki itu bertelanjang dada, sehingga menampilkan dada bidang dan tubuh atletis nya. Abi tak mengganti pakaian sepulang dari rumah Nean tadi. Ia cukup kegerahan sehingga memilih untuk membuka baju. Dan tidak mengenakan atasan.

Tangan kanan Abi terulur meraih korek yang tergeletak asal diatas meja bundar dirinya duduk. Abi mencetas benda itu di ujung rokok. Menghisap rokok tersebut dalam-dalam, meresapi dengan menutup mata seraya menghembuskan asap itu di udara.

Di keterpajaman mata ini, bayang-bayang wajah cantik Alina kembali tergambar dengan sangat jelas. Fikiran Abi berkecamuk, kekhawatiran yang tak kunjung reda akan kondisi gadis itu. Abi tak tahu harus menghubungi kemana demi tahu akan kabar Alina saat ini. Apakah gadis itu baik-baik aja sekarang? Sungguh, Abi benar-benar khawatir terhadapnya.

Abi membuka mata. Ia tatap rembulan yang sedang bersinar di langit cerah malam ini. "Semua nya hanya sekedar singgah. Tapi cuma di lo doang gue ngerasa sungguh, Al."

"Gue tetep gak percaya sama omongan tu cowo," Abi menghisap rokok nya dengan hikmat. "Gue harus cepet. Gak boleh keduluan. Alina harus bisa gue dapetin bagaimana caranya. Gue harus tunjukin ke orang-orang kalau seorang Abi pasti bisa naklukin sekedar cewe modelan Alina."

Abi menghela nafas berat. "Pusing. Lo udah buat hati gue gak aman."

~o0o~

Abi memarkirkan vesmet nya tepat di parkiran depan pusat perbelanjaan mainan anak-anak. Ruko ini bergandengan dengan ruko toko pakaian pria. Abi pergi sendiri, ia akan membeli hadiah ulang tahun untuk sang putri tercinta disini. Dulunya, sebelum Hansenja dan Chana pindah rumah, Abi selalu membawa mereka belanja disini. Abi sangat memanjakan putrinya, bahkan mainan Chana sangat banyak sekali. Abi akan selalu menuruti apa yang Chana mau. Demi kebahagiaan sang putri.

DANDELIONWhere stories live. Discover now