•fourteen-DANAU•

535 36 4
                                    

'ღ'-selamat membaca ay!🫀[SILAHKAN VOTE, KOMEN DAN FOLLOW TERLEBIH DAHULU]

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

''-
selamat membaca ay!🫀
[SILAHKAN VOTE, KOMEN DAN FOLLOW TERLEBIH DAHULU]

Lagi, seorang Abidzhar Saskara kembali enggan mengikuti pelajaran. Laki-laki itu memilih naik ke gedung renang meskipun hari ini tak ada jadwal latihan. Abi hanya ingin mencari ketenangan. Stamina nya belum sepenuh nya pulih dari masalah kemarin. Abi masih belum bisa berdamai dengan masalah yang sudah terjadi.

Abi meletakkan ransel miliknya di loker. Tanpa mengganti seragam Abi melangkah kan kaki menuju papan loncat utama. Langkah nya tampak terseok saat menaiki tangga. Tubuhnya tak berdaya, kepalanya juga tertunduk lemah.

Abi sampai disini, pandangan nya menelisik sayu kolam renang di bawah sana. Jarak dari papan loncat ke kolam renang itu berkisar dua puluh meter. Mata Abi reflek terpejam, lintasan bayang-bayang kejadian kala itu kembali terputar jelas di memori kepalanya.

"LO HARUS MATI!"

"LO GAK PANTES UNTUK HIDUP!"

"BAJINGAN! LAKI-LAKI BEJAD GAK TAU DIRI!"

"LO HARUS MATI TENGGELAM DI TANGAN GUE!"

Semakin ia eratkan pejaman matanya.

"Dasar Pembunuh."

Abi menggeleng di keterpejaman itu.

"Belajar yang baik, bi! Jangan jadi anak yang selalu mengecewakan!"

"Ikut les musik!"

"Ikut renang! Biar mahir di bidang olahraga!"

"Ikut kegiatan yang aktif di sekolah!"

Tangan Abi terulur meremas rambutnya.

"Mama tinggal ya? mama ga mau bawa anak. Jaga diri baik-baik. Jangan jadi anak berandal. Patuh dan ikuti kemauan papa."

Spontan Abi menurunkan kasar tangannya bersamaan membuka sepasang mata. Abi menghela nafas berat. Kepalanya tertunduk. Wajah nya tampak ingin menangis. Namun, tetes air mata itu tak kunjung tumpah. Abi tak bisa menangis dikarenakan rasa sakit yang begitu mendalam. Rasa kecewa yang berkepanjangan.

Abi berbalik badan. Ia tertawa mencekam. "Mama, meskipun kata ini gak terdengar. Tapi Abi tetap membiarkan semesta yang akan menyerap kalimat demi kalimat ini. Biarin semesta mendengar keluhan dan segala rasa sakit yang selama ini selalu Abi pendam. Abi cuma mau bilang, jaga kesehatan. Abi disini sakit, semoga mama disana gak begitu ya. Abi harap mama selalu bahagia." Dada Abi terasa sesak. Rasa rindu yang tak kunjung terobati.

"Gue gak perduli apapun yang terjadi dihidup ini lagi. Sekuat apapun manusia pasti juga bakal mencapai titik lelah nya."

Langkah Abi terus mundur hingga bertapak tepat di ujung papan loncat. Tanpa sedikitpun aba-aba Abi langsung menjatuhkan badannya kebawah sana. Abi melayang seraya memejamkan damai netranya. Di jarak dua puluh meter ini masalah yang ia rasakan seakan melayang, pada kenyataan nya tidak demikian.

DANDELIONWhere stories live. Discover now