•eleven-KECEWA•

1.1K 70 101
                                    

batasi harapan pada seseorang, agar sakit nya tidak berlebihan.
dandelion, 19~

'ღ'-selamat membaca ay!🫀[SILAHKAN VOTE, KOMEN DAN FOLLOW TERLEBIH DAHULU]

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

''-
selamat membaca ay!🫀
[SILAHKAN VOTE, KOMEN DAN FOLLOW TERLEBIH DAHULU]

"Bunaa, pappiww maanaaa." Rengek Chana pelan. Nadanya seperti tak berdaya, kelelahan akibat terlalu lama menunggu. Sedari tadi bocah itu duduk di kursi kecil ini, di hadapkan dengan kue ulang tahun yang sudah terhidang diatas meja. Chana sudah memakai gaun ulang tahun yang di belikan oleh Abi, topi kerucut dan juga di lengkapi dengan aksesoris ulang tahun yang lain.

"Pappiww dateng kan bunaa? Kita bakal tiup lilin bareng-bareng kann?"

Hansenja yang duduk tepat di samping sang putri hanya mampu menampilkan sebuah senyuma getir. Hatinya rapuh, melihat putrinya yang sangat menanti kedatangan sosok ayah disisi nya. Sosok ayah yang setiap Chana berulang tahun pasti tidak pernah hadir menemani dunia nya untuk satu hari spesial itu.

"Sebentar dulu ya sayangg? Papi mungkin lagi dijalan. Kita nunggu dulu gapapa yaa, nak?" Hansenja berusaha menenangkan dengan cara mengelus punggung putrinya. Chana hanya merespon dengan deheman pilu, gadis kecil ini benar-benar tak lagi bersemangat.

Hansenja tak tinggal diam. Ia meraih ponselnya, terlihat beberapa pesan yang tadi Hansenja kirim tak kunjung Abi baca. Tanpa berfikir panjang, wanita itu menekan log panggilan nya bersama Abi. Hansenja menunggu Abi mengangkat telfon tersebut seraya terus melirik jarum jam dinding yang terus berputar.

Panggilan tak terjawab. Hansenja kembali terus berusaha untuk mencoba. Namun sama saja, Abi tak kunjung mengangkat panggilan darinya. Hansenja mencoba mengirimi beberapa pesan disana. Namun, ceklis satu.

Hansenja menghela nafas berat. "Untuk ke sekian kalinya, aku mohon jangan sampai mengecewakan Chana, bi." Gumam nya dalam hati.

"Bunaaa, Cana mauu kueee. Mau sekarang ajhaa, nunggu pappiww lamaa!!" Seru Chana yang sedari tadi terus memperhatikan kue dihadapan ini.

"Ngga mau nunggu papi aja sayang? Ntar tiup lilin nya gak bareng papi dong kalau makan nya sekarang."

"Nda papa. Pappiww lamaaa!!"

"Ayo bunaa idupin lilinnya!!"

"Iya iyaa, sebentar sayang." Berat rasanya hati Hansenja untuk mengikuti perkataan Chana. Hatinya masih ingin menunggu Abi sebentar lagi. Namun, tetap saja tangan Hansenja tergerak menghidupkan api di ujung lilin tersebut. Hansenja memegang alas kue menggunakan kedua tangan. Ia hadapkan kue ini pada putri kesayangan nya.

Hansenja mampu menangkup raut wajah bocah empat tahun ini berubah. Tampak antusias. "Nyanyi bareng-bareng ya sayang bunda."

Chana mengangguk. "Owkey!"

Hansenja hanya mampu tersenyum getir. Matanya nya tampak berkaca-kaca pertanda kecewa. "Aku gak kecewa, juga gak benci. Tapi beneran gak nyangka kamu setega ini sama, Chana." Gumam nya dalam hati.

DANDELIONWhere stories live. Discover now