•five-DINNER•

1.3K 73 6
                                    

'ღ'-selamat membaca ay!🫀[SILAHKAN VOTE, KOMEN DAN FOLLOW TERLEBIH DAHULU]'ღ'-

Ups! Ten obraz nie jest zgodny z naszymi wytycznymi. Aby kontynuować, spróbuj go usunąć lub użyć innego.

''-
selamat membaca ay!🫀
[SILAHKAN VOTE, KOMEN DAN FOLLOW TERLEBIH DAHULU]
''-

Setiap pagi, keluarga penuh kehangatan itu tak pernah absen untuk melakukan aktivitas pagi, apalagi kalau bukan sarapan bersama sang putri tercinta. Arkan tampak berpakaian rapi dengan stelan kemeja softblue dibaluti dengan vest berwarna hitam legam. Tepat di depan nya, terdapat sosok gadis cantik dengan pakaian khas seragam sekolah. Dua insan itu tampak menikmati makanan, cukup lama keheningan melanda.

"Nak, nanti malem kita di ajak Papa Arta buat makan malem dirumah nya." Arkan membuka obrolan.

"Tumben mendadak, yah?" Kalimat itu tercetus dari mulut Alina. Pasal nya, jika ada acara ataupun pertemuan mereka pasti akan memberitahu saat jauh-jauh hari.

Arkan sontak menggedikkan bahu. "Iya ya, ayah juga gak tau sayang."

"Ke resto apa dirumah, yah?"

"Dirumah, Tante Violet juga udah siapin makanan banyak banget."

"Pasti sih itu, orang Tante Violet jago banget masak. Masakan nya juga enak-enak banget!!" Alina menarik nafas. "Aaa, jadi kangeeenn masakan nya, yah."

Arkan terkekeh. "Iya, nanti malem kita obatin kangen nya ya sayang." Ia meletakkan sendok itu diatas piring, Arkan selesai dengan sarapan pagi ini. "Selesai makan obat nya langsung di minum ya, cantik."

Alina hanya memberikan gestur oke pada Ayah sembari tersenyum kecil. Ia tak menjawab dengan kata, pasal nya mulut itu masih penuh mengunyah makanan.

~o0o~

Alina menapakkan kaki di lantai rooftop, berjalan terburu-buru, mendesak dan seakan ingin cepat sampai di atas sini. Alhasil nafas nya terengah akibat menaiki beberapa anak tangga dengan cepat. Jantung nya terasa nyeri akibat mendapati tekanan yang tidak normal secara tiba-tiba. Saat menginjakkan kaki disini, pertama kali pemandangan Alina tertuju pada punggung pria tegap yang tengah berdiri di pembatas rooftop. Alina tahu itu adalah sosok Abi. Postur badan yang akhir-akhir ini terekam di memori otak nya. Alina hanya menatap pria itu, ia tak kunjung bersuara, ia fokus mengatur nafasnya yang terengah dengan sedikit membungkuk. Tangan nya juga terulur mengurut sekilas rongga dada nya.

"Kak!" Panggil Alina dengan nafas yang mulai normal. Pria yang berada di pembatas rooftop sontak berbalik, menatap Alina yang masih berdiri di dekat pintu antara tangga dan rooftop.

Abi menampilkan sebuah senyuman teramat manis. Ia hendak menghampiri Alina, namun langkah tersebut tertahan saat melihat Alina yang lebih dulu melangkah kan kaki menghampirinya.

"Lo ada ngelihat——"

Belum usai Alina berbicara Abi langsung mengangkat tangan kanan nya yang tampak menggenggam sketchbook lilac itu. Netra Alina sontak tertuju kesana.

DANDELIONOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz