•six-SOMEONE•

1.2K 77 11
                                    

apa laki-laki masih bisa di percaya cukup pada satu wanita?
dandelion, 08~

'ღ'-selamat membaca ay!🫀[SILAHKAN VOTE, KOMEN DAN FOLLOW TERLEBIH DAHULU]

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

''-
selamat membaca ay!🫀
[SILAHKAN VOTE, KOMEN DAN FOLLOW TERLEBIH DAHULU]

Seusai makan malam tadi Alina tak langsung pulang kerumah. Pasti nya Arkan akan banyak berbincang dengan mereka. Sebagai seorang yang tak banyak bicara Alina memilih mengasingkan diri. Duduk seorang diri di ayunan taman depan. Keheningan menerpa, hanya terdengar suara gemerisik air dari kolam ikan yang berada di sekitar sana. Ditambah dengan udara malam ini yang terasa sejuk menerpa kulit.

Agar tidak terlalu merasakan kesepian, Alina memilih mendengar musik dari earphone itu. Alina juga ditemani dengan sketchbook kesayangan. Goresan-goresan tinta pena ia torehkan di kertas tanpa garis itu. Alina sangat gemar melukis ataupun menggambar hal-hal tersirat yang secara spontan melintas di fikirannya. Alina lebih mengekspresikan perasaanya melewati itu. Bagi gadis itu, dengan melukis mampu menyembuhkan mental nya.

Netra Alina yang tadinya fokus pada kertas ini sontak teralih memandang ke arah bayang-bayang pria yang tampak sedang berjalan mendekat ke arah nya. Itu Dipta, lelaki itu tampak melangkah kan kaki menghampiri Alina. Alina acuh, ia hanya melirik sekilas ke arah nya lalu kembali fokus pada sketchbook ini. Tanpa banyak basa-basi, Dipta langsung duduk di ayunan, tepat di sisi kiri Alina. Alina tak menyangka bahwa pria itu memilih duduk di samping nya, dengan aksi Dipta tersebut cepat-cepat Alina menutup sketchbook. Dipta sempat melihat sebuah gambar yang terukir di sana. Dipta juga menunggu Alina melepas earphone nya sebelum ia berbicara.

"Kenapa ditutup? Gambar nya bagus." Dipta bersuara diimbuhi dengan senyuman.

Alina tak menyahut. Helaan nafas terdengar, tatapan nya ia arahkan pada langit yang begitu gelap. Sepasang mata Alina tampak memperhatikan titik-titik kecil cahaya yang bersumber dari bintang.

Dipta ikut memandang ke arah langit. "Kak Violet banyak cerita tentang kamu. Gak tau sih atas dasar apa dia ceritain kamu ke kakak."

Alina menyimak ucapan tersebut tanpa melirik Dipta. Sedangkan Dipta, ia menarik pandangan nya dari langit dan kembali menatap pemandangan indah di samping nya ini. Begitu cantik dan sempurna bentuk wajah gadis ini, fikir seorang Pradipta Jeandro.

"Karena mereka selalu ceritain kamu jadinya berhasil bikin kakak penasaran dan pengen tau Alina itu aslinya gimana. Pengen ketemu langsung sama Alina. Dan, ternyata anak nya cantik banget. Pendiem juga."

"Alina jurusan apa?"

"Ipa."

Dipta manggut-manggut. "Kelihatan sih dari wajah nya, wajah-wajah anak pinter."

"Biasa aja." Kilah nya, pandangan Alina ia tujukan kebawah, menatap ujung flatshoes yang ia kenakan.

Dipta sontak terkekeh. "Pilihan yang tepat sih, biar nanti gampang milih jurusan di universitas. Oh iya, udah terfikir belum besok mau lanjut kemana?"

DANDELIONWhere stories live. Discover now