•four-BALKON•

1.2K 64 7
                                    

Tuhan itu adil, jadi jangan pernah khawatir sama hasil.
dandelion, 04~

'ღ'-selamat membaca ay!🫀[SILAHKAN VOTE, KOMEN DAN FOLLOW TERLEBIH DAHULU]'ღ'-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

''-
selamat membaca ay!🫀
[SILAHKAN VOTE, KOMEN DAN FOLLOW TERLEBIH DAHULU]
''-

Gadis dengan piyama shimmer sage itu melangkah kan kaki menuju meja belajar. Alina baru saja usai melakukan aktivitas rutin, apalagi kalau tidak meminum beragam macam obat dan ramuan-ramuan herbal sebelum ia melelapkan mata. Capek sebenarnya, ingin Alina mengeluh. Namun segala keluhan itu seperti tidak memiliki harga diri, sepanjang waktu Alina mengeluh. Akan tetapi dunia masih sama, tidak pernah terjadi perubahan di kehidupan gadis malang itu.

Alina duduk di kursi belajar. Ia merogoh ransel sekolah milik nya, mencari-cari suatu benda yang selalu menemani hidup nya. Alina sedikit panik saat tidak menemukan sketchbook itu. Mendadak secara gusar ia melakukan pencarian, mengeluarkan semua benda-benda yang terdapat di dalam tas ini. Alina tak menyerah sampai disitu, ia berusaha mencari-cari diatas kasur, diatas lemari, diatas bofet dan pencarian terakhirnya di rak buku-buku. Namun nihil, usaha nya sia-sia. Alina tak menemukan keberadaan sketchbook kesayangan nya.

Alina memegang dahinya, pening. Di susul oleh helaan nafas panjang. "Duh kemana ya?"

"Lupa lagi terakhir gue taruh dimana!"

"Plis jangan sampe hilaaangg." Gumam nya seraya berdecak. Alina tampak berfikir keras, ia berusaha mengingat-ingat kemana saja ia membawa sketchbook itu. Ingatan nya berakhir pada kejadian di rooftop. Sontak Alina menggeleng.

"Gak, perasaan udah gue bawa. Gabakal tinggal lah."

"Gak mungkin juga dia yang ngambil!"

"Plisss, ayoolaaah. Jangan hilangggg."

Alina merengek, ia kembali berkutat pada ransel nya. Sudah jelas barang itu tidak ada disana, namun Alina tetap bersikeras mencari di dalam tas itu.

~o0o~

Usai bertengkar dengan Bhadrika tadi, Abi memilih untuk merehatkan fikirannya di tempat biasa. Tepat nya dirumah Nean. Setiap waktu, bahkan detik pun dengan senang hati Nean mempersilahkan Abi untuk main kerumah nya. Nean juga mengerti, jadi Abi tidak seringan itu. Mendengar segala cerita dari pria itu belum tentu Nean kuat untuk menghadapi nya. Banyak masalah yang Abi derita, bahkan untuk seusia Abi masalah itu sudah terbilang berat. Nean juga mampu menyimpulkan, seberapa banyak pun harta tak mampu menjamin kebahagiaan.

Abi duduk di BeanBag yang terdapat di balkon rumah Nean. Gelap. Hanya cahaya lampu remang serta cahaya bulan yang menerangi balkon ini. Pemandangan kali ini disuguhi dengan padatnya pemukiman-pemukiman komplek. Langit gelap yang hanya dihiasi bulan, langit malam kali ini tanpa adanya bintang-bintang. Abi duduk sendirian di BeanBag, pasal nya Nean yang sedang membuatkan Abi kopi di dapur.

DANDELIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang