81.Yang Terbaik (END)

Start from the beginning
                                    

"WOII...... JANGAN KABUR LU!!!" Farrel, Daniel, dan Nathan dengan gesit berlari mengejar kemana Aurel pergi.

"Dev, kita harus bantu mereka. Aurel harus mempertanggungjawabkan perbuatannya." Michel menatap Devano yang lebih tinggi darinya.

"Chel, kondisi kamu masih lemah. Kamu ikut Papa ke rumah sakit aja ya. Soal Aurel biar jadi urusan Dev." Ujar Devano memberi pengertian.
 
  Michel menggeleng. "Enggak, gue mau ikut kalian. Gue pengen pastiin Aurel dapat hukuman yang setimpal."

"Tapi--"

"Dev, untuk kali ini aja, tolong izinin gue bantu kalian. Gue harus pastiin Aurel mendekam dipenjara. Ini demi orang tua gue. Mereka butuh keadilan." Mohon Michel dengan puppy eyes andalannya.

Devano menghela nafas pasrah. "Oke, tapi janji sama Dev kamu gak akan kenapa-napa?"

"Gue janji!!" Michel menautkan kelingkingnya dengan kelingking besar suaminya. Lalu sepasang suami istri itu ikut menyusul tiga cecunguk yang sudah berada jauh didepannya.

***

"Aurel, berhenti lu anjirr!!!"

"Heh Jamal, jangan lari lu setan!!!"

"Ahh elahhh.... Ngerepotin gue aja sih lu!!!"

"Buset, tuh anak larinya cepet banget gila!!!"

Aurel terus berlari sambil sesekali melirik ke arah belakang. Ia semakin panik saat melihat Devano, Michel, Nathan, Daniel, Farrel, dan yang lainnya terus mengejarnya.

"Gue harus bisa kabur dari sini. Jangan sampai gue ketangkep sama mereka."

  Aurel melirik sekeliling mencari tempat yang sekiranya aman untuknya bersembunyi. Tidak mungkinkan ia terus berlarian kesana kemari dengan gerombolan manusia yang senantiasa mengikutinya.

Aurel tersenyum saat disebrang jalan pandangannya tertuju pada sebuah truk yang berisi kardus minuman. Ini kesempatan bagus. Aurel bisa memanfaatkan momen ini untuk bersembunyi. Ia rasa mereka tidak akan bisa menemukannya diantara tumpukan kardus itu.

"Gue harus sembunyi disana sebelum semua orang berhasil tangkap gue. Gue udah gak bisa lari lagi. Tenaga gue udah habis." Monolog Aurel dengan nafas terengah-engah.

Dengan tergesa-gesa, Aurel menyebrang jalan tanpa menoleh ke kanan-kiri terlebih dahulu. Terlalu fokus dengan tujuannya. Aurel sampai tak menyadari dari arah kanan ada sebuah mobil melaju dengan kecepatan kencang. Terlihat sekali  mobil itu berniat untuk menabraknya.

Devano sadar ada seseorang yang berusaha mencelakai Aurel. Ia tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Sebenci apapun Devano ada Aurel, cewek itu juga pernah menjadi alasannya tertawa pada masanya.

Ketua OSIS itu membawa langkah besarnya menuju sang mantan kekasih. Memeluk tubuh Aurel untuk melindungi gadis itu. Menjadikan tubuhnya sebagai tameng agar Aurel tidak terluka.

Mobil itu melaju semakin dekat dan siap menerjang siapapun yang ada dihadapannya. Seseorang yang mengemudikan mobil itu tersenyum licik. Mungkin Dewi Fortuna sedang berpihak padanya.

"Saya tidak akan membiarkanmu hidup tenang setelah menghabisi nyawa anak kesayangan saya. Aurel, kamu harus mati bersama dengan anak sialan itu." Ujar Nindi penuh dendam. Tersirat kemarahan yang ketara dari sorot matanya yang menajam.

  Saat sudah semakin dekat dengan dua mangsanya. Nindi semakin mempercepat laju kendaraannya. Tinggal satu langkah lagi, tapi ia dibuat terkejut saat Michel tiba-tiba mendorong Devano dan Aurel, hingga berguling diaspal dengan posisi berpelukan. Tangan Devano ia gunakan untuk  melindungi kepala Aurel agar tidak terbentur kerasnya aspal.

Strong Girl Michella (END) Where stories live. Discover now