3.Ketos Sialan!

2.9K 126 2
                                    

" Gue ga pernah iri lihat keuwuan orang lain. Bukan karena gue ga bisa. Gue mampu kalau gue mau, tapi sayangnya gue ga punya niat itu. "
-Michella Quenby Lavanya-

----------------------------------------------------------------------

Happy Reading!!

Pagi ini Michel sudah berada dilingkungan sekolah. Dengan penampilan yang sangat jauh dari kata rapi. Baju ketat kurang bahan, rambut yang diwarnai seperti pelangi, tidak memakai atribut lengkap, sepatu putih, dan yang paling parah ia memakai kaus kaki panjang sebelah.

Saat tengah asyik berjalan menyusuri koridor, tiba-tiba ada seseorang yang merangkulnya dari belakang. Tanpa melihat wajahnya pun Michel sudah tau siapa pelakunya. Siapa lagi kalau bukan Aurel, sahabat laknatnya.

" Woii, kesambet setan apaan lu pagi-pagi gini udah disekolah? " tanya Aurel seraya merangkul bahu Michel.

" Gue juga sebenernya males kali berangkat jam segini. Tapi, lu kan tau sendiri gimana sifat ibu negara. Kalau gue kesiangan sedikit aja, bisa abis badan gue kena pukulan sapu emak gue. " ujar Michel yang membuat Aurel tertawa geli.

" Gue juga heran deh sama lu, chel. Kok bisa ya sifat lu tuh bertolak belakang banget sama tante Dinda. Secara tante Dinda kan orangnya rajin, baik, ramah. Lah elu udah petakilan, urakan, biang masalah, langganan keluar masuk BK. Kadang gue mikir, sebenernya lu tuh anaknya siapa? " ucap Aurel yang mendapat jitakan mulus dari Michel.

" Ya jelas gue anak bokap sama nyokap gue lah. Lu kira gue anak jalanan yang dipungut sama bonyok diselokan apa? Heran gue punya temen otaknya dangkal banget. " sewot Michel.

" Kali aja gitu, chel. Om Anantha sama tante Dinda ga sengaja lihat lu terlantar di jalanan. Terus kan mereka ga tega liat lu sengsara, jadi mereka pungut lu deh. " ujar Aurel lancar tanpa beban.

" Pungut gundulmu! " karena merasa kesal dan tidak mau melanjutkan pembicaraan yang unfaedah. Michel pun melenggang pergi dan meninggalkan Aurel dibelakang.

Saat sudah sampai dikelas XI MIPA 1, Michel pun melempar asal tasnya dan duduk dibangku paling belakang. Tak lama berselang, Aurel pun datang dan duduk disebelah Michel.

Saat baru saja mendudukan bokongnya dikursi. Aurel dikejutkan dengan banyaknya coklat, surat cinta, dan hadiah lainnya yang ada dikolong meja milik Michel.

" Buset pagi-pagi gini udah dapet coklat sama surat cinta aja lu. " takjub Aurel yang hanya mendapat gidikan bahu acuh dari Michel.

" Bodoamat lah gue ga peduli. Mungkin mereka cuma iseng doang. " jawab Michel acuh tak acuh.

" Lu kan ga suka coklat ya, chel. Jadi, buat gue aja ya coklatnya? " tanya Aurel dengan mata berbinar.

" Ambil aja, semua buat lu. " Michel memberikan semua coklat yang ada dilacinya dan membuang semua surat cinta tanpa berniat membacanya.

" Gue heran deh sama lu, chel. Lu ga ada niatan buat pacaran gitu? Masa dari dulu sampai sekarang ga ada satu cowok pun yang berhasil luluhin hati lu. Itu hati atau batu, neng? Keras amat kek patung pancoran. " ejek Aurel sambil memakan coklat yang diberikan oleh Michel.

" Gue belum kepikiran soal itu, rel. Bagi gue cinta itu cuma omong kosong. Karena pada kenyataannya banyak orang yang datang cuma karena penasaran. Dan pergi setelah tau kekurangan. Gue cuma gamau aja jatuh terlalu dalam sama orang yang salah. Karena menurut gue, ga ada satu orang pun didunia ini yang bisa kita percaya. Kecuali, diri kita sendiri. " ucap Michel mendadak bijak.

" Emang bener sih apa yang lu bilang. Tapi, apa ga sebaiknya lu coba untuk buka hati, chel? Karena menurut gue ga semua cowok itu brengsek. Lu cuma butuh waktu untuk mengenal mereka lebih jauh. Gue yakin pasti ada salah satu dari mereka yang bisa bikin hidup lu lebih berwarna. " ceramah Aurel.

Strong Girl Michella (END) Where stories live. Discover now