39.Khawatir

1.6K 78 6
                                    

"Aku memang humoris, tapi aku juga bisa anarkis ketika orang yang ku sayang kau buat menangis."
-Michella Queenby Lavanya-

------------------------------------------------------------------------

Happy Reading!!!

Michel berjalan dengan santai menuju kelas XI MIPA 1 dengan earpod yang masih tersumpal di telinganya. Saat berada di Koridor banyak pasang mata yang memandangnya dengan berbagai tatapan, tapi ia mencoba untuk tidak peduli.

Hingga pada saat ia sampai dikelas, Michel melihat Lia yang sedang mencak-mencak tidak jelas. Dengan tingkat kepekaan yang tinggi, Michel pun berinisiatif untuk duduk dan bertanya pada sahabatnya itu.

"Kenapa lu? Daritadi gue perhatiin kesel gitu mukanya, lagi ada masalah?" Tanya Michel yang sudah duduk manis disamping kursi Lia.

Lia menghembuskan nafas gusar, ia menatap Michel dengan serius. "Sumpah ya chel, hari ini tuh gue sial banget. Udah tadi pagi ban motor gue bocor, hampir telat ke sekolah, ditambah lagi sama kejadian tadi pas dijalan. Huh, rasanya kek pengen nerkam orang, anjirr." Curhatnya lesuh.

"Kejadian apa? Lu digangguin lagi sama kak Farrel? Atau ada orang yang jahatin lu? Bilang sama gue, biar gue hajar tuh orang." Ucap Michel menggebu-gebu.

"Issshhhh, bukan itu! Ini lebih parah daripada digangguin sama kak Farrel,"

"Lebih parah? Apaan dong? Lu kalau cerita jangan setengah-setengah dong, kan gue susah nebaknya," Protes Michel.

Lia membenahi posisi duduknya agar lebih nyaman. Gadis itu memutar tubuhnya ke kiri agar bisa berhadapan langsung dengan Michel. Menghela nafas panjang, Lia pun mulai menceritakan secara detail tentang kejadian yang menimpanya pada sahabatnya itu.

"Jadi gini chel, tadi waktu gue mau berangkat sekolah, gue lihat ada kecelakaan. Korbannya ditabrak truk. Dan lu tau sendiri kan chel, gue itu orangnya kepoan tingkat akut?" Michel mengangguk mengiyakan.

  "Gue pengen tau dong keadaan si korban gimana, tapi kehalang sama orang-orang yang ada disana. Mana gue udah kepo banget lagi. Bahkan saking penasarannya, ga bisa nerobos segerombolan orang-orang yang ngerubunin tuh korban," Lia menjeda ucapannya.

"Bentar chel, gue minum dulu. Tenggorokan gue seret." Michel menghembuskan nafas kasar. Padahal ia sangat penasaran dengan apa yang akan diceritakan oleh Lia, ehh empunya malah berhenti, pake acara minum segala lagi.

Setelah selesai minum, Lia kembali melanjutkan ceritanya yang sempat tertunda. "Dengan otak gue yang kelewat cerdas, gue sok-sok ngide tuh, gimana caranya biar gue dapat akses untuk bisa masuk ke gerombolan itu. Karena otak gue udah mentok dan ga bisa diajak kompromi,  akhirnya gue ngaku-ngaku aja jadi saudara si korban kecelakaannya."

"Hmmm, terus apa masalahnya?" Potong Michel.

Lia berdecak sebal. "Ishhhh, dengerin dulu. Jangan potong omongan gue."

Lagi-lagi Michel hanya mengangguk pasrah. "Oke lanjut,"

"Setelah gue bilang kalau gue keluarga si korban, orang-orang pada reflek natap ke arah gue. Ada yang mandang gue kasihan, bahkan ada juga yang nahan ketawa," Lia kembali mengingat kejadian beberapa jam yang lalu. "Disitu feeling gue udah ga enak, tapi gue trobos ajalah daripada gue ga bisa tidur karena penasaran."

Strong Girl Michella (END) Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum