kasih sayang seorang ibu

2.4K 103 17
                                    

Saat masih berada di dalam kandungan, Kita di bawa-bawa selama sembilan bulan di dalam perut ibu. setelah sembilan bulan merasakan proses hamil yang tidak mudah, kembali sang ibu harus mempertaruhkan nyawa dengan melahirkan buah hati tercinta kedunia. Rela menahan sakit, akibat bengkak di bagian dada agar sang buah bisa mendapatkan nutrisi terbaik darinya.

Perubahan postur tubuh yang tak jarang membuat sang ibu kehilangan kepercayaan diri pun bisa di rasakan sebagian perempuan yang telah hamil dan melahirkan.

Itu semua mereka lakukan agar buah hatinya bisa lahir kedunia, memberikan gelar ayah dan gelar ibu untuk dia dan suaminya. Sebegitu besarnya rasa cinta dan pengorbanan seorang ibu pada anak-anaknya, tak heran kenapa surga berada di telapak kaki ibu.

Mungkin ada sebegian wanita memilih untuk tidak memiliki anak dengan berbagai macam alasan. Tapi tidak membuat si wanita kehilangan nalurinya sebagai seorang ibu.

Mungkin itu juga yang sekarang seorang wanita muda berusia dua puluh dua tahun yang berniat melenyapkan buah hatinya. Rasa takut dan trauma di masa lalu membuatnya di hantui hingga sekarang. Jeritan tangisan dari sang mamah Selalu terbayang di benaknya.

Ia tidak berpikir panjang pada resiko besar dari keputusan gila yang ia ambil tanpa sepengetahuan suaminya, ia tidak tau akibat dari apa yang akan lakukan bukan hanya mengancam nyawa janin yang baru tumbuh di rahimnya, tapi juga nyawanya sendiri. Trauma yang berkepanjangan membuatnya sulit berpikir jernih.

Terlepas dari niatnya itu, di dalam lubuk hati Alesha yang paling dalam, tersimpan rasa sayang untuk janinnya, ada rasa tidak tega karena harus mengeluarkan janin itu secara paksa dari dalam rahimnya.

Gelas bening berisikan jus nanas mudah sedikit bergetar di genggaman. tangannya yang lembut mengusap permukaan perut yang masih terlihat rata. Ia menunduk memandangi perutnya.

"Maafin ibu nak, ibu nggak bisa bawa kamu lahir kedunia, bukan karena ibu nggak Sayang kamu, tapi ibu takut, takut kamu bernasib sama seperti adik ibu di masa lalu, ibu takut buat ayahmu bersedih, ibu nggak mau lihat ayahmu menangis karena kamu yang mulai tumbuh di dalam sana justru pergi ninggalin dia. Satu hal yang kamu harus tau nak, ibu dan ayah sangat menyayangi kamu.. biarkan ayahmu tetap tidak tau, jika kamu pernah hadir di dalam perut ibu"

Setetes air mata turun di pipi tirus Alesha. Ia mengenadah agar air mata itu tidak turun semakin deras. Alesha tarik nafas dalam dan ia hembuskan perlahan.

Gelas di tangan mulai di angkat, belum sempat ujung gelasnya menyentuh bibir mungilnya, gelas itu sudah melayang ke udara, bunyi mengerikan akibat gelas yang di benturkan secara kasar, mampu mamemekikkan telinga.

Alesha menoleh, ia lihat suaminya yang sudah berdiri tepat di sampingnya, dengan wajah merah padam, sorot matanya mengeringkan, urat-urat lehernya mengencang.

Azha mengepalkan kedua tangannya hingga buku-bukunya memutih.

"A--azha" bibirnya bergetar akibat rasa terkejut yang belum usai, Alesha sedikit mundur saat Azha yang tiba-tiba mendekat dan melempar satu buah nanas yang tersisa ke arah pintu dapur.

"Apa yang kamu lakukan Alesha!" Bentak Azha dengan dada naik turun akibat emosi.

"Apa yang ada di dalam kepala kamu sebenernya!" Bentakan Azha lebih tinggi dari sebelumnya. Gemuruh di dalam dada membuat Azha kehilangan kesabarannya.

"Kamu ingin membunuh anak kita, buah hati kita, kamu ingin melenyapkan nyawanya, kamu ingin akhiri hidupnya, di mana akal kamu Alesha! Kamu mau menjadi pembunuh, hah!" Alesha yang tadi sempat terkejut pun ikut terpancing emosinya.

Alesha bukan wanita yang hanya diam saat seperti ini, Alesha akan melawan dan memebrotak seperti mana sikapnya.

Sorot mata Alesha pun ikut menajam, sepasang suami istri yang baru saja saling mengungkapkan cinta dan sekarang beradu tatapan nyalang mengerikan.

"ELZHA" Where stories live. Discover now