sedikit nasehat

1.9K 80 4
                                    

"lama banget sih, yang lain sudah pada pergi, Lo ngapain sih di dalam, pacaran sama penjualnya" cerocos Alesha dengan tangan mengacak pinggang.  Rambutnya sudah tergerai, berterbangan Kemana-mana Karna tertiup angin.

"Bawa jepit rambut?"

Alesha memutar matanya jengah, bukannya menjawab pertanyaannya, Azha justru menanyakan perihal jepit rambut.

"Tunggu sebentar, saya beliin jepit rambut dulu" azha kembali masuk untuk mencari jepit rambut, Alesha yang kesabarannya setipis tisu, ikut menyusul Azha, ia temukan pria itu berdiri di depan salah satu penjual jepit rambut.

"Azha" Azha menoleh, ia lihat Alesha yang berdiri dibelakangnya dengan tangan terlipat di depan dada.

"Cepat, gue mau pulang, di sini panas" Alesha kibas-kibaskan tangannya di depan wajah, sungguh ia gerah, bahkan hudiy sudah terlepas di tubuhnya, tersisa baju kaos putih ketat tanpa lengan, rok hitam panjang kini berganti dengan celana jeans pendek, yang panjangnya hanya dua kilan dari pinggang.

"Astaghfirullah Alesha" Azha menarik kasar tangan alesha untuk menjauh dari sana

"Lepasin tangan gue" sekali hentak tangan Azha terlepas dari pergelangan tangan Alesha.

"Lo apa-apaan sih, sakit tau"

"Saya nggak habis pikir sama kamu, sha, bisa-bisanya kamu....arggh" azha tak sanggup melanjutkan kalimatnya

"Apa susahnya sih buat tahan sebentar aja, kamu nggak akan kebakar dengan pakaian yang lebih tertutup, Alesha" Azha berucap lirih.

Azha tanpa sadar menarik lagi pergelangan tangan Alesha agar berdiri lebih dekat dengannya " sekarang kamu liat, liat Alesha... Ada kamu liat perempuan disini yang menggunakan pakaian teramat terbuka seperti kamu hah, ada?" Azha memang tidak berteriak, tapi ia tekan setiap kalimat yang terucap.

"Nggak ada kan, sha" Azha sesaat menoleh ke arah berlawanan, ia usap wajah begitu kasar.

"Disini bukan hanya ada ibu-ibu, perempuan, anak-anak, tapi ada pria juga, mereka menatap mu Alesha, mereka melihat jelas aurat yang seharusnya Hanya saya yang berhak melihatnya, tapi justru semua orang yang ada disini dengan bebas melihatnya, kamu pertontonkan tubuhmu secara gratis dan sukarela" nafas Azha memburu tak karuan, kesabarannya habis, takut  emosinya semakin memuncak, Azha berjalan meninggalkan Alesha yang Hanya diam tanpa sepatah katapun.

Entah kenapa rasanya sakit di bentak seperti itu oleh Azha, Alesha mengatupkan bibirnya menahan sesak di dada, Azha pergi begitu saja, tanpa mengajaknya pulang. Ia tak bisa terima aurat wanita yang menjadi istrinya menjadi tontonan gratis banyak orang, dari mereka ada memandang Alesha risih, ada juga yang menatap mereka dengan tatapan lapar, paha mulus terpampang begitu jelas, baju ketat membentuk lekukan tubuh, siapa yang ingin melewatkan pemandangan indah di depan mata begitu saja. Hanya orang orang yang memahami aturan agama yang akan memilih menundukkan pandangan, menghindar dari apa yang tidak seharusnya di lihat mata, bukan hanya dari pihak sebelah saja yang harus di salahkan, tapi pertanyakan juga pada pihak yang justru memberi bahan untuk di pertontonkan, sama-sama menjaga salah satu cara menghindari dosa besar.

Azha menghentikan motornya di depan Alesha berdiri" ayo naik, kita pulang" pandangan pria itu tetap lurus ke depan, tidak sedikitpun ia beralih menatap Alesha

"Cepat sha, saya nggak mau tubuh mu itu lebih lama lagi di lihat orang" tegas Azha, perlahan Alesha mendekati Azha, ia duduk dengan posisi berbeda, tangan yang tadi ingin merangkul pinggang sang suami terhenti, Azha yang tidak merasakan tangan Alesha melingkar di perutnya, menuntun tangan panjang lembut itu agar melingkar sempurna di sana.

Azha kendarai motor Scoopy dengan kecepatan lebih cepat dari pada saat berangkat tadi, sampai akhirnya mereka telah tiba juga di salah satu rumah makan, Azha melepaskan helm nya, ia tinggalkan lagi Alesha di motor.

"ELZHA" Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang