Sinar bulan

1.5K 76 17
                                    

Azha lepaskan helm dari kepala Alesha, ia juga rapikan kerudung Alesha yang sedikit berantakan, Alesha merasa ragu, juga kurang pede dengan penampilan barunya, Alesha mengenakan pakaian yang tidak akan pernah terbayang oleh mereka yang mengenal nya.

Celana pants di padukan atasan dengan pasmina berwarna pastel yang senada dengan pakaian nya, terlihat cocok di pakai Alesha.

"Kenapa, hm?" Azha menyadari raut wajah Alesha yang gelisah sejak mereka tiba di depan kampus.

"a--aku nggak pede, zha. Apa kata anak-anak lihat aku pakai baju kaya gini, aku lepas aja ya" tangan Alesha sudah berada di bagian peniti pasminanya, ia bersiap membuka pasmina itu, tapi dengan cepat Azha menahannya, pria itu menggeleng samar.

"Jangan, aku nggak mau berbagi keindahan rambut kamu dengan orang lain. Jangan pedulikan orang-orang, aku nggak ridho istri ku yang cantik di pandang penuh nafsu orang-orang Yang tidak bisa menjaga pandangannya"

Alesha memaksakan senyum untuk Azha, ia mengangguk dan meraih tangan Azha, ia cium dengan takzim punggung tangan Azha, mencari ridho suami tercinta. Azha yang mengajarkan semua itu, secara perlahan dan bertahap.

"aku masuk dulu ya, awas ya ngelirik cewek lain apalagi Ning Raisa" Azha mencubit gemas pipi Alesha.

"Posesif" ucap Azha dengan senyum yang tak luntur.

"Kamu juga posesif" Azha beralih mengusap lembut pucuk kepala Alesha.

Interaksi keduanya itu tak luput dari tatapan berbeda dari dua pasang mata yang berdiri tidak jauh dari mereka.

Urat-urat tangan Daffa menonjol jelas,  sorot matanya menatap tajam pada dua insan yang terlihat begitu berbahagia di atas sakit hatinya.

"Lo akan balik lagi sama gue, Alesha. Lo itu hanya milik gue, Nggak akan  gue biarin pria brengsek itu merebut Lo dari gue"

Tepat di belakang Daffa, berdiri seorang wanita yang sudah menganak sungai matanya, buku tebal di pelukan Semakin di rengkuh kuat, air mata yang turun tanpa permisi mengenai lengan baju yang dikenakan.

"Jadi itu istri kamu, zha" wanita muda dengan pakaian syar'i berucap begitu pelan.

"Dia cantik, zha. Apa aku berhak untuk cemburu? Apa aku boleh marah dan memaki?" Raisa pejamkan mata, ia sentuh dadanya yang terasa begitu perih, Raisa beristigfar untuk apa yang ia ucapkan tadi. Tak pantas rasanya ia masih menyimpan rasa untuk Pria yang sudah beristri.

"Maaf kan hamba ya Allah, hati hamba terlalu lemah perihal cinta. Ya Allah, Istiqomah kan lah hati hamba agar Cinta hamba pada makhluk mu tidak melebihi cinta hamba padamu aamiin ya Allah"  Raisa usap air mata dengan lengan baju gamisnya, ia berusaha menguatkan hati untuk mengikhlaskan dia yang telah lama bertakhta di dalam dada.

Alesha belum siap mempublish hubungan Nya dengan Azha, bukan apa-apa, Alesha hanya merasa terlalu terburu-buru saja, ia ingin mereka tau secara sendirinya. Azha juga tidak memaksa Alesha, Alesha menggunakan pakaian tertutup ke kampus saja sudah sangat di syukuri Azha.

Alesha berbalik lagi menghadap Azha yang masih berdiri di tempatnya, Alesha melambaikan tangannya.

"Udah sana" Azha memberikan isyarat dengan tangannya.

"Cantik" satu kata yang selalu Azha definisi kan untuk Alesha 'cantik'.

....

Di dalam kelas, Azha segera membuang pandang saat tak sengaja beradu tatap dengan Raisa. Raisa hanya bisa mengulas senyum untuk teman-temannya, tak ingin mereka menyadari perasaan sesak yang Raisa tahan.

Sedangkan di kelas yang berbeda. Alesha yang duduk di kursinya sudah di kelilingi teman-temannya.  benar saja apa yang Alesha takutkan, teman-temannya memandang aneh dengan penampilan barunya.

"ELZHA" जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें