kematian ada di tangan tuhan

1.6K 81 0
                                    

Semenjak kejadian tadi malam, Azha jadi merasa canggung dengan Alesha.

Tapi berbeda dengan Alesha, wanita itu terlihat biasa saja, bahkan ia dengan santainya duduk di depan Azha, Azha hanya melirik Alesha sebentar tanpa ingin menyapa.

"Lo kuliah zha"

"Hah?" Alesha memberikan tatapan tajam pada Azha, apa pria itu tuli, masa dari jarak sedekat ini ia tidak bisa mendengar ucapannya.

"Lo kuliah nggak hari ini?" Ulang Alesha dengan menekan setiap kalimatnya.

"Iya, saya kuliah" jawab Azha seadaanya dan kembali menunduk

"Gue ikut Lo ke kampus"

"Hah?" Kembali Azha membuat Alesha kesal dengan ucapannya.

"kayanya kuping Lo perlu di bersihin deh zha, sana gih ambil alat pembersih nya, biar gue yang bersihin, sekalian gue Korek semua penghalang di telinga Lo itu" kesal Alesha

"Kamu mau ikut saya ke kampus"

"Iyaa" Alesha menjawab dengan judes

"Kenapa? Biasanya kamu selalu menolak ajakan saya?"

"Lo nggak mau bonceng gue, ya udah kalau Lo nggak mau, gue berangkat sendiri" sendok di tangannya ia hempas, Alesha memundurkan kursi sedikit kasar, pertanyaan Azha seperti penolakan untuknya.

"Hey hey tunggu " Azha tahan pergelangan tangan Alesha.

"Jangan marah, Saya hanya bertanya, sha. Ya udah kita sarapan dulu, kamu habiskan makanan kamu ya" azha berucap selembut mungkin.

Alesha menyentak tangannya Hingga terlepas genggaman Azha di pergelangan tangannya, ia kembali duduk untuk menghabiskan sarapan buatan Azha.

....

"Ini pakai helm nya" Azha menyerahkan helm berwarna coklat untuk Alesha.

"Pakaikan" Alesha menyerahkan kembali helm itu pada Azha, Azha turun dari motor agar lebih mudah memasangkan helm untuk Alesha.

Azha juga merapikan rambut Alesha yang berantakan keluar dari helm.

"Nanti pulang nya mau bareng nggak?"

"Gue ada kelas sore"

"Saya akan tunggu sampai selesai"

"Ok"

Biasanya Alesha duduk menyamping dan hanya satu tangannya yang bisa melingkar di pinggang Azha, untuk hari ini Alesha bisa duduk dengan posisi yang berbeda, jadi ke-dua tangannya memeluk erat perut Azha.

"Turunin gue di depan gerbang aja ya"

"Kenapa, fakultas kamu lumayan jauh dari gerbang kampus"

"Udah nggak usah protes, turunin gue di sana aja"

Azha juga tidak bisa memaksa, Azha letakkan tangan nya di atas punggung tangan Alesha, ia usap dengan lembut punggung tangan wanita itu.

"Mau di masakin apa nanti Malam?"

"Apa aja, yang penting bisa di makan"

"Apa aja? Yaudah aku masakin ayam tumis" Alesha sedikit memajukan wajah nya ke arah samping.

"Lo serius, ayam tumis lagi? Tadi pagi Lo juga ngasih makan gue ayam tumis" Azha tertawa singkat.

"Makanya, kalau di tanya itu jawab yang benar, mau di masakin apa, jangan terserah, kan saya bingung apa yang kamu suka"

"Ya terserah Lo, asal jangan ayam tumis" kesal Alesha, Alesha ingin melepaskan pelukannya, tapi kalah cepat karena Azha sudah menahan tangannya

"Jangan di lepas, biarkan seperti ini, saya suka ngusap punggung tangan kamu... Jadi mau di masakin apa nih"

"Terserah "

"Baiklah saya masakin terserah aja, kayanya kamu selalu suka sama masakan saya, gimana rasanya enak kan, tumis ayam yang saya buat tadi"

"B aja "

"Masa B aja, kamu sampai nambah dua kali" Alesha memutar matanya, benar juga kata azha, dia bahkan sampai menambah karena rasa masakan Azha yang tidak pernah gagal membuatnya ingin tambah terus.

"Tau ah, terserah"

"Terserah lagi? Kenapa perempuan suka sekali mengucapkan kata itu, terserah, apa kata itu sudah mendarah daging di hidup seorang perempuan, sampai istri ku pun selalu mengucapkan kata membingungkan itu" Azha geleng-geleng kepala, rasanya sudah sering ia tanyakan pada Alesha mengenai hal tersebut, tapi sampa sekarang belum ia temukan titik terangnya.

"Nanti saya tunggu di mana?"

"Tunggu aja di area parkir depan "

"Saya sudah transfer kan uang bulanan buat kamu, di pakai ya"

"Lo nggak usah repot-repot, gue masih punya uang sendiri, tabungan gue masih banyak, gue masih mampu buat menuhin kehidupan gue untuk satu tahun kedepan, nanti uangnya gue balikin ke rekening Lo"

"Sha, uang yang kamu punya di tabung aja ya, gunain uang yang saya kasi, memang nominalnya tidak seberapa, tapi uang itu adalah hasil kerja keras saya untuk memenuhi kebutuhan hidup kamu, sudah kewajiban saya untuk memberi nafkah ke kamu, uang Itu adalah hak kamu, saya akan merasa terluka jika kamu kembalikan uang itu, jadi di pakai ya" Azha menyatukan jari-jari tangannya dengan jari-jari Alesha. Ia tidak merasa kesulitan jika terus mengendarai motor dengan satu tangan, karena Azha hanya mengendarai motornya dengan kecepatan sedang, tidak ada kebut-kebutan di jalan.

"Iya deh iya, makasih ya pak suami uangnya" Azha kembali menyunggingkan senyum, kenapa setiap hal yang berhubungan dengan Alesha selalu membuat perasaan nya nyaman.

Sampai lah mereka di gerbang kampus.

"Belajar yang benar, jangan main-main aja, saya ingin lulus dengan kamu, saya ingin menggandeng tangan kamu saat wisuda nanti"

"Iya... kalau gue lulus, kalau nggak"

"Ya nggak papa, saya masih bisa gandeng tangan kamu"

"kalau gue masih hidup, kalau gue mati sebelum Lo lulus gimana?"

"Alesha" Azha menutup mulut Alesha, matanya membola sempurna, pria itu menggeleng samar

"Lo apa-apaan sih, makeup gue rusak kan, ish" Alesha bercermin menggunakan spion motor Azha.

Azha menarik lengan Alesha untuk kembali berdiri di hadapannya, pria itu tiba-tiba aja memeluknya, jelas Alesha kaget, takut juga, takut ada yang melihat interaksi mereka, apa lagi sampai Dafa yang melihatnya.

"Azha lepas" Azha semakin mempererat pelukannya.

"Jangan ngomong kaya gitu lagi, saya nggak suka, ucapkan hal yang baik-baik aja, jodoh maut rezeki biarlah menjadi rahasia tuhan, kita sebagai hamba hanya bisa terus memperbaiki diri agar kelak tiba saatnya kematian datang menjemput kita sudah siap, kita sudah memiliki bekal untuk itu, jadi saya mohon... Ini kali terakhir saya dengar kamu ngomong kaya gitu" Azha melepas pelukannya, ia pandangi wajah Alesha.

"Janji, jangan pernah mengatakan hal itu lagi" ke-dua tangan Azha masih ada di lengan Alesha.

"Berjanjilah Alesha "

"Ii--iya, gue janji" Alesha menyingkirkan tangan Azha dari lengannya.

"Gue masuk dulu, Lo juga, bay" Alesha melambaikan tangannya pada Azha dan melangkah pergi, azha masih bergeming di tempatnya, ia pandangi wanita itu Hingga tidak terlihat lagi di Matanya.

Saat ingin kembali ke motornya tiba-tiba.

Bugh!!!

Wajah Azha menoleh kesamping, tiba-tiba aja Seseorang melayangkan bogeman ke wajahnya, Azha hampir aja limbung jika tidak menopang tubuhnya pada sepeda motor.

"jauhin cewe gue, bangsat, sekali lagi gue lihat Lo nyentuh cewek gue, mati Lo di tangan gue" Dafa menendang sepeda motor Azha, ia kembali menaiki motor besarnya. Sebelum menjalankan motornya Daffa berucap lagi.

"Kali ini gue masih ngasih Lo kesempatan"

"Daffa, saya yang harusnya meminta anda untuk menjauhi Alesha, karena alesha istri saya" monolog Azha, ia dirikan lagi sepeda motornya.

"ELZHA" Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang