Rahmat yang luas

1.3K 65 18
                                    

"ka Azha, tangkap!" Azha berhasil menangkap bola basket yang Caca lempar ke arahnya, Azha berlari dan sedikit melompat untuk mengarahkan bola basket kedalam ringnya.

"Yeeyy" mereka bersorak atas keberhasilan Azha menambah satu poin lagi untuk tim mereka.

Tidak jauh dari sana, Alesha duduk dengan terus mengayunkan kakinya, Alesha tidak sendiri, ada Nesha Aisha juga.

Alesha menyunggingkan senyum saat Azha dari kejauhan menatapnya, Azha juga tersenyum ke arah sang istri. Nesha yang duduk tepat di samping Alesha berdenyut nyeri hatinya, sampai saat ini Nesha belum bisa menyingkirkan Azha dari sana.

Aisha bertepuk tangan heboh saat Fakhri yang berada di tim berbeda berhasil menyamakan poinnya dengan tim Azha.

"Ais!" Nesha memberikan tepukan pelan di paha Aisha, ia terkejut karena Aisha yang tiba-tiba berteriak heboh. Sadar ada kesalahan yang ia perbuat, Aisha menutup rapat mulutnya. Untung saja Fakhri yang di sana tidak mendengar teriakkan itu.

"Sorry" Nesha beralih menatap Alesha.

"Maa ya sha, Aisha emang gitu anaknya" Alesha memasang raut wajah yang begitu santai terkesan cuek

"Santai aja" Kecanggungan yang begitu terasa di antara mereka, entah dengan cara apa lagi Nesha lakukan agar Alesha merasa nyaman dengannya. Sejak tadi Nesha mengajak Alesha berbicara, tapi jawaban wanita itu iya iya aja.

"Nes, aku ke warung bentar ya"

"Ais minta tolong sekalian beliin anak-anak minum" Aisha mengangkat jempolnya dan melangkah pergi tinggal lah mereka berdua, suasananya pun semakin Canggung.

"Lo suka sama Azha?" Nesha membeku seketika, mendengar pertanyaan yang tiba-tiba saja ia dengar dari Alesha, Alesha pun tidak menatap lawan bicaranya, ia hanya terus memandangi Azha, kakinya tidak berhenti berayun.

Tidak mendengar jawaban dari Nesha membuat Alesha berpaling menatapnya, Alesha naikkan satu Alisnya saat beradu tatap.

"Lo suka sama Azha?" Kembali Alesha mengulang pertanyaan yang sama

"Maksud kamu A--apa, sha" salah satu bibir Alesha terangkat, ia pandangi Azha dan lainnya yang mulai mendekat.

"Gue bisa lihat dari cara Lo menatap Azha"

"Sha, aa--" ucapan Nesha terhenti saat Azha sudah berada di depan mereka.

"Mau main?" Azha mengacak pucuk kepala Alesha.

"Aku nggak bisa main basket"

"Zha" Fakhri memberikan satu botol minuman dingin untuk Azha. Azha berpindah duduk di samping Alesha, ia teguk minumannya hingga habis setengah.

"Mau?" Azha arahkan botol minumannya, Alesha Mengangguk. Alesha genggam tangan Azha dan ia arahkan botol minuman itu ke mulutnya.

Nesha tidak tau harus melakukan apa sekarang, ia tidak menyangka jika Alesha menyadari perasaannya pada Azha, Nesha tidak tau harus seperti apa lagi ia menegakkan kepalanya di hadapan Alesha, kedapatan mencintai suami orang saja rasanya sudah malu, apa lagi kedapatan sama istri dari pria itu sendiri.

"Nesh, Formulir untuk anak-anak baru sudah di print?" Tatapan mata Nesha kosong, panggilan Azha tidak lagi ia dengarkan.

"Vanesha!" Alesha yang duduk di sampingnya menggoyangkan pelan bahu Nesha.

"I--iya ke--kenapa, sha? Pandangannya masih linglung, ia pandangi secara bergantian Azha dan Alesha.

"Lo ditanya tu sama Azha, formulir anak-anak baru sudah di print?"

"Oh sudah, se--semuanya sudah selesai"

"Alhamdulillah"

Mereka sengaja kelapangan komplek dengan berjalan kaki,biar bisa keliling-keliling seperti sekarang, Alesha mengayun-ayunkan tangan mereka.

"ELZHA" Where stories live. Discover now