29. Anak Sulung Mama

3.4K 350 11
                                    

Happy reading.... jan lupa vote dan komen yaww💜
.
.
.
.
.
.

"Selamat," Dokter Prana menggantungkan ucapannya dan melihat ke arah jam dinding.

Seharian ini ia pergi ke rumah sakit jiwa tempatnya bekerja. Selain membuka klinik pribadi, Dokter Prana masih sesekali ke rumah sakit untuk mengabdi di sana. Lalu, hari ini, sepulang dari rumah sakit ia langsung menyambut kedatangan pasien spesialnya.

"Selamat Malam," lanjut Dokter Prana.

"Davina, bagaimana keadaan kandunganmu?" Tanya Dokter Prana pada wanita hamil yang tengah duduk diam di samping Rasya. Kali ini, Rasya meminta agar Davina menemani dirinya di dalam ruangan setelah sebelumnya ia hanya mengunggu di luar.

Wanita dengan tubuh yang terbalut dress floral jingga dan jaket tebal khas laki-laki itu mengangguk semangat. "Jagoan, Dok!" ujarnya dengan dibuat seperti berbisik.

"Laki-laki? Wah, selamat ya, kalian!" Dokter Prana terkekeh, ia membenarkan letak kacamatanya dan mulai membuka tablet keramatnya.

"Rasya, saya senang waktu dengar kamu telepon saya kemarin. Ini mungkin berkah yang datang bersama kehadiran bayi kalian. Dia benar-benar jagoan kalian."

Rasya bingung harus berekspresi seperti apa. Ia hanya dia menyimak sementara istrinya sejak tadi tidak pernah melunturkan senyumnya barang sedetikpun.

"Seperti biasanya, Seperti sejak pertama kali kita saling berbicara. Saya ingin bertanya lagi kepadamu, Rasya. Kamu mau seperti apa? Adakah keinginan yang mungkin sulit kamu sampaikan ke Raisa mungkin, atau kedua orang tuamu. Karena saya sangat yakin kalau kamu itu sangat mencintai mereka. Hanya saja, kamu terlalu takut."

Rasya menggeleng, "saya cuma mau sembuh."

Dokter Prana tersenyum dan mengangguk. Ia tidak bertanya perihal apa-apa lagi. Sesi terapi malam ini berlanjut seperti biasanya. Melelahkan dan juga menakutkan bagi Rasya.

Selesai terapi, Rasya dibuat bingung dengan kehadiran Tio yang tiba-tiba mendekatinya dan meminta kunci mobilnya.

"Kunci mobil, Bang."

"Buat apa?" tanya Rasya.

"Buat makan," balas Tio secara asal. Begitu Rasya mengulurkan kunci mobilnya, Tio pun langsung menyambarnya.

"Ayo! Tujuan selanjutnya Bakmi Jawa Pak Atok!" Laki-laki bercelana pendek itu melangkah dengan ringan menuju mobil. Tadi ia sempat sedikit kesal dengan Davina yang tiba-tiba mengirim pesan untuk menyusul ke tempat Dokter Prana. Karena ia tadi baru saja merebahkan badannya setelah seharian duduk berkutat dengan komputer. Tapi, membaca nama Bakmi Jawa Pak Atok, semangat Tio pun terisi lagi.

"Tio kamu yang panggil, Yang?" tanya Rasya.

Davina mengangguk, wanita itu masih disibukkan dengan kegiatannya memasukkan mukena yang ia pakai untuk salat tadi. Well, masalahnya adalah kenapa pabrik mukena selalu menjahit tas mukena dengan ukuran uang kecil? Tidak semua orang bisa melipat mukena sekecil itu lagi, salah satunya adalah Davina.

"Kasihan dia, kalo kita makan diluar terus dia makan seadanya di rumah. Terus kalo kita bawain dia, takutnya nanti kita pulang malem atau mienya udah dingin," terang Davina. Ucapan itu membuat Rasya lantas meninggalkan sentuhan singkat di puncak kepala Davina.

Kepeduliannya terhadap sesama meski dalam hal yang kecil pun membuat Rasya jatuh hati. Sejak dulu, wanita yang kini menjadi istrinya ini selalu memiliki pesona tersendiri di mata dan hati Rasya. Rasya tidak bisa menjabarkannya satu persatu. Tetapi, yang paling ia tahu ialah menikahi Davina adalah keputusan paling tepat dalam hidupnya. Serta apapun yang terjadi di dalam kehidupan pernikahannya, baik ataupun buruk, Rasya tidak akan menyesalinya.

WANGSA [selesai | terbit]Where stories live. Discover now