10. Keanehan yang Tak Terlihat

3.1K 250 2
                                    

PENCET BINTANG SEKARANG, CEPAT! INI MAKSAAA!

udah pencet? hehehe. Makasih, sayang!
.
.
.
.

Sepulang dari berkunjung ke rumah orang tua Davina. Baik Rasya maupun Davina mulai kembali menjalani rutinitas keseharian mereka.

Davina tambah sibuk karena mengurus lauching produk skincare dari brand miliknya.

Setelah berhasil memiliki posisi kuat di pasaran karena set make up yang disukai oleh banyak orang. Kini Davina mulai mencoba hal baru, yaitu meluncurkan set skincare mulai dari Micellar water hingga masker wajah.

Sementara, Rasya juga sama sibuknya setelah mengambil cuti tahunannya untuk ke Lombok. Posisinya yang berada di salah satu bagian dari jantung perusahaan itu membuat pekerjaan Rasya juga banyak.

Masalah percakapan Davina dan tamu Papi tidak dibahas lagi. Rasya memilih bungkam, membiarkan hal itu menjadi kenyataan yang ada untuk mengingatkannya bahwa pernikahan ini tidak hanya demi dirinya, namun juga istrinya.

Keduanya hanya memiliki waktu di pagi hari dan di malam hari untuk bersama. Namun, di waktu singkat itu, perhatian mereka sama-sama tersita ke perkerjaan masing-masing.

Seperti saat ini, Davina sudah selesai dengan kegiatannya di lantai 2. Wanita itu turun ke lantai 1 dengan menenteng botol berisi air minum yang sudah tandas.

Davina mendapati suaminya tengah sibuk bersama laptopnya di ruang tengah.

"Masih banyak, Mas, kerjaannya?" tanya Davina.

Rasya mengangguk singkat tanpa menoleh bahkan melirik.

"Mau lembur lagi, Mas?" Ini sudah malam kesekian dimana Davina tidur sendiri di kamar, sementara Rasya tidur di ruang tengah. Alasannya, pria itu tertidur setelah lembur hingga tengah malam.

Rasya mengangguk kembali, tangannya bergerak lincah untuk menggerakkan mouse dan menari-nari di atas papan ketik.

"Pindah ke kamar aja yuk, Mas. Bias kalo ketiduran udah di kamar." Davina bersandar di bahu suaminya. Matanya menatap laptop suaminya yang entah itu apa karena hanya menampilkan benerapa kata berbahasa Inggris dan rententan angka yang Davina tidak tahu artinya.

"Disini aja, kalo di kamar bawaannya ngantuk," balas Rasya.

"Ya nggak papa, Mas. Kalo ngantuk berarti emang tandanya kamu butuh tidur," kata Davina.

"Enggak, Vina. Kalo kamu udah ngantuk tidur duluan aja sana."

Satu fakta yang tertinggal, akhir-akhir ini Davina kehilangan panggilan sayang dari suaminya. Biasanya Rasya akan memanggilnya dengan sayang setidaknya sehari sekali. Tapi, hampir seminggu ini, kata sayang itu tak lagi Davina dengar.

"Mas," ucapan Davina langsung dipotong oleh Rasya.

"Davina, aku lagi mau fokus kerja. Nanti kalo ini udah selesai aku ke kamar. Tapi, sekarang aku mau ngerjain ini dulu. Jadi, kamu bisa diam sebentar enggak?"

Davina terhenyak. Lantas, tanpa membalas ucapan Rasya. Davina langsung masuk ke kamar dan menutup pintunya. Davina langsung memasuki selimut dan menangis dalam diam.

Dinginnya Rasya sama sekali bukan hal biasa untuk Davina.

Rasya yang Davina kenal adalah pria yang hangat. Tidak ceria karena luka masa lalunya, tapi terasa hangat dengan perhatian yang diberikan oleh Rasya untuk Davina.

Sementara di ruang tengah, Rasya menghela napas kasar. Pria itu menyesal telah membentak Davina. Berkata sarkas kepada istri tercintanya sama sekali bukan hal yang bisa Rasya bayangkan sebelumnya.

WANGSA [selesai | terbit]Where stories live. Discover now