5. Pergerakan Hati

4K 294 2
                                    

Sampai di sini Rasya sama Davina udah kalian masukin perpustakaan belum?
.
.
.

"Kakakku Sayang!" Pekik Raisa begitu memasuki studio di lantai 2.

Davina yang tengah mencepol rambutnya pun terheran-heran melihat tingkah adik iparnya yang tampak begitu girang itu.

"Ada apa?"

"Finally, Kak! OMG! O M to the G! Abang kesayangan kita semua, Bang Rasya mau dengerin gue pas gue panggil! Ah, akhirnya! Tio, gue seneng banget-nget-nget!"

Tio yang tidak tahu menahu itu pun menjadi korban kehebohan Raisa Kaladari. Tubuh Tio diguncang hingga Tio hanya bisa pasrah karena pandangannya menjadi kabur karenanya.

"Duh, Sa. Stop, stop! Gue pusing! " pekik Tio.

Davina yang mendengar kabar gembira itu pun buru-buru menyelesaikan kegiatan mencepol rambutnya dan berjalan mendekati Raisa.

"Beneran? Kok bisa? Gimana-gimana? Terus Mas Rasya bilang apa sama kamu?" binar mata Davina ikut meredup kala iparnya itu menjawab dengan gelengan pelan.

Raisa lantas menceritakan semua kejadiannya di dapur. Davina hanya mampu memeluk iparnya singkat dan menyemangati perempuan itu. Setelah bertahun-tahun, Rasya akhirnya mau merespon panggilan Raisa, meski hanya sebatas berhenti berjalan sejenak.

Bertahun-tahun sejak kejadian itu, tepatnya setelah Rasya keluar dari rumah sakit. Rasya membangun benteng antara dirinya dengan Raisa. Tidak ada adegan rebutan remote TV, perang merebutkan kulit ayam, berangkat sekolah bareng, duduk bersisian, atau hal lain yang umum dilakukan oleh sepasang kakak beradik.

Rasya selalu berusaha menjadi orang asing untuk adiknya sendiri. Rasya melewatkan masa pertumbuhan adiknya dan memilih untuk selalu mengurung diri di kamar.

Davina lantas paham, ia memeluk Raisa singkat. Menepuk punggung adik iparnya dan menggumankan kata-kata penyemangat.

"Terus Mas Rasya dimana?" tanya Davina.

Raisa mengangkat bahunya, "nggak tau, kamar mungkin."

Davina mengangguk dan berpamitan kepada timnya yang ada di sana untuk menengok suaminya.

Davina memasuki kamarnya dan benar saja, Rasya tengah makan apel yang sudah di potong dan dikupas.

Rasya mengalihkan pandangannya dari TV ke istrinya yang sedang berdiri di ambang pintu kamar.

"Mau?" tawar Rasya.

Davina tersenyum lebar, ia mengangguk semangat dan mendekati suaminya setelah menutup pintu kamar.

"Seneng banget, kenapa?"

Davina semakin berbinar kala Rasya menyuapi sepotong apel.

"Kenapa sih?" tanya Rasya kebingungan.

"Enggak, lagi mood aja," jawab Davina dengan asal. Rasya hanya tersenyum kecil mendengarnya. Ia sudah terbiasa dengan tingkah random istrinya.

"Mas?"

"Apa?"

Davina kembali menggeleng.

"Kenapa sih kamu?"

"Seneng aja."

"Iya, seneng kenapa?"

"Karena adik kamu."

"..... ya," Rasya mengangguk kecil. Bahkan, kunyahan apel di mulut Rasya menjadi pelan.

"Nggak mau tanya kenapa lagi gitu?" pancing Davina.

WANGSA [selesai | terbit]Where stories live. Discover now