14. Lalu Sekarang Apa, Rasya?

3.8K 242 4
                                    

Huaaa.... maaf guys aku lama update nyaa..:(

.

.

.

.

Pegal merayap ke punggung serta leher Davina. Ia menggeliat tidak nyaman sebelum akhirnya membuka mata. Hal pertama yang ia dapati adalah punggung suaminya yang tengah terduduk membelakangi dirinya.

"Mas." Parau suara Davina membuat Rasya menengok. Rupanya suaminya itu tengah memantau aktivitas kantor melalui tablet.

"Pegel ya? Tadi mau aku suruh pindah tapi kamu nyenyak banget. Maaf ya," tangan Rasya mengusap puncak kepala Davina yang tengah sibuk melemaskan ototnya.Wanita itu menggeleng lalu bangkit menuju kamar mandi.

"Makan dulu gih. Tio nganter sup ayam tadi. Aku udah tadi, enak kok, nggak bikin eneg. " terang Rasya yang sudah meletakkan tabletnya. Pria itu sudah duduk bersila di atas ranjang.

Davina tersenyum menanggapi, ia mengusap kepala Rasya dengan sayang.

"Oh ya, besok aku udah boleh pulang," tutur Rasya. Pria itu memperhatikan istrinya yang tengah makan dengan lahap.

"Kata siapa?" Tanya Davina.

"Dokter, pas visit tadi."

"Hah? Dokter visit pas aku tidur?" Pekik Davina pelan.

Dengan tampang datarnya, Rasya mengangguk ringan.

"Kenapa aku nggak dibangunin sih, Mas?" tanya Davina dengan kesal.

"Kamu tidurnya nyenyak banget, Yang."

Sayang, akhirnya sebutan itu meluncur lagi dari mulut Rasya dengan lancar. Seolah tidak ada apa-apa diantara mereka belakangan ini.

Davina memukul lengan Rasya dengan kesal. "Nyebelin, senyenyak apapun aku kalo ada orang dateng ya akunya dibangunin dong! Nggak enak tau! Nggak mau lagi aku tidur pas nunggu kamu!" Omel Davina. Tangan kanannya sibuk menutupi bibirnya agar tidak ada makanan yang jatuh dari dalam mulutnya.

Rasya tertawa melihat pipi Davina yang menggembung. Rasya menyingkirkan tangan kanan kanan istrinya dan lekas mengecup bibir Davina.

Tubuh Davina membeku, tangan kanannya meremas tangan Rasya yang tadinya menyingkirkan tangannya.

Rasya kembali membuat jarak di antara keduanya. Dengan senyum jahilnya, Rasya berujar pada Davina yang masih mematung, "udah, lanjutin gih ngunyahnya. Apa mau aku bantuin ngunyahnya?"

Uhuk uhuk!

•°°•°°•

Keesokan harinya, Rasya sudah diperbolehkan pulang dan sudah tidak merasakan mual-mual lagi. Nafsu makannya pun telah kembali.

"Sayang!" teriak Rasya dari dalam kamar.

Davina yang tengah mengaduk susu ibu hamilnya lantas panik dan bingung mau menyembunyikan gelasnya dimana. Untungnya kotak susu ibu hamilnya telah ia buang dan diganti dengan toples kaca.

"Sayang, kemeja aku yang hitam kok nggak ada?" Rasya berjalan ke arah dapur. Tubuh bagian bawahnya telah rapi terbungkus celana bahan, sementara tubuh bagian atasnya masih polos.

"Astaghfirullah!" Sebut Davina yang seketika langsung melihat ke arah sembarang.


Rasya tersenyum geli melihat pipi istrinya yang bersemu merah. Meski telah sering melihat Rasya telanjang dada, Davina masih sering merasa malu dan canggung.

WANGSA [selesai | terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang