13. Kebenaran

3.3K 256 3
                                    

Untuk orang-orang yang selalu menghargai karya orang lain sekecil apapun itu, Terimakasih❣️
.
.
.
.
.

"Mas, periksa ke dokter aja ya? Kamu udah lemes gini. Kasihan perut kamu nggak bisa diisi makan dari kemarin," bujuk Davina.

Rasya menyembunyikan wajahnya di ceruk leher istrinya. Kini, bukan teh melati lagi sebagai obat mualnya, namun wangi rambut Davina yang mampu meredakan mualnya.

Rasya hanya mengangguk pasrah. Ia sudah menyerah dengan rasa mualnya.

Davina pun menyiapkan segala keperluannya dan Rasya untuk dibawa ke rumah sakit.

Davina yang dibantu oleh Tio pun membawa Rasya ke rumah sakit.

Pada akhir tubuh lemah Rasya berakhir di ranjang rumah sakit lengkap dengan infus di punggung tangan kirinya.

Diam-diam Davina menemui dokter yang menangani Rasya
tadi.

"Dok, apa mual-mual yang suami saya rasakan itu karena saya hamil?"

Wanita paruh baya yang tampak ramah itu berubah menjadi terkejut.

"Anda sedang hamil?" Davina mengangguk.

"Maaf, Dok, tadi saya nggak bilang di awal karena suami saya belum tau," jujur Davina.

"Mau kasih kejutan ya?" tanya sang Dokter.

Davina menggeleng pelan, ia perlahan tersenyum sendu.

"Maaf, Dok, rumah tangga saya nggak sesimpel itu. Suami saya punya trauma masa kecil dan sulit berdekatan dengan anak kecil."

Dokter itupun mengangguk, merasa sudah tidak perlu tau lebih jauh lagi mengenai masalah pasiennya.

"Seorang calon ayah memang bisa merasakan gejala morning sickness saat istrinya hamil. Hal itu biasa di sebut kehamilan simpatik. Kondisi tersebut umum untuk dialami para calon ayah. Mungkin babynya mau ayahnya tau kalo ada di perut ibu," canda sang Dokter untuk mencairkan suasana diantara mereka.

Davina pun mengangguk paham, ia pun pamit undur diri karena dirasa telah terjawab rasa penasarannya.

Davina kembali ke ruang rawat Rasya. Tio yang melihat Davina telah selesai menemui dokter pun segera mengemas barang miliknya.

"Nih kunci rumahnya, kalo mau buat kopi atau teh manasin air dulu, ya, tadi belum sempat," pesan Davina sembari mengulurkan kunci rumahnya pada Tio.

Meski Davina sedang disibukkan dengan kondisi Rasya yang memburuk, channel youtube Davina harus tetap aktif. Akan menjadi masalah untuk para Nana jika dirinya tidak ada kabar. Apalagi akhir-akhir ini Davina jarang update di sosial medianya dan hanya mengunggah endorsement yang sudah terjalin kesepakatan.

"Siap, Mbak."

"Mobilnya kamu bawa aja, biar nanti Raisa ke sini pake mobil itu."

"Terus Mbak di sini gimana?"

"Ya enggak gimana-gimana, gue nggak mau pergi-pergi kok. Kalo kepepet nanti bisa pesen ojek online."

"Bener nih, Mbak, mobilnya gue bawa?"

"Iya, sana pulang! Makasih tadi udah mau direpotin" usir Davina sembari mengibaskan tangannya.

"Nggak takut mobilnya gue bawa kabur, Mbak?" canda Tio.

"Kalo lo bawa kabur gue aduin Mak lo yang di Lampung. Biar di cincang pake pisau dagingnya." Ibu Tio adalah seorang penjual daging di kampungnya. Membayangkan Ibunya yang menggenggam pisau daging dengan erat saat dirinya membuat adik perempuannya menangis saja sudah membuat Tio bergidik ngeri.

WANGSA [selesai | terbit]Where stories live. Discover now