20. Pulang

3.5K 261 3
                                    

agak cepet dari yang kemarin kemarin ya, tapi ya cuma 1401 kata.
.
Semoga kalian masih enjoy ya.
.
Jangan lupa vote, share, dan follow akun akohh...
.
Kalau udah selesai baca komen reaksi kalian dan kritik saran juga ya, Happy reading!
.
.
.
.
.

•°°•°°•

Rasya mandi dengan kilat. Namun, ia tetap memastikan tubuhnya bersih dan segar. Keluar dari kamar mandi, bahu Rasya seketika merosot saat netranya tidak dapat menangkap sosok istrinya yang terakhir kali duduk di ranjang mereka.

Rasya lantas memilih untuk mengambil ponselnya dan mengisi baterai ponselnya dan berniat untuk mulai memasak makan malam.

".... menginap di sini gimana, Dok." Rasya menghentikan langkahnya dan ia menyadari istrinya masih di rumah.

Rasa lega menyeruak di hati Rasya. Setidaknya hari ini ia telah melihat istrinya dalam kondisi baik-baik saja secara langsung. Bukan hanya lewat foto yang diambil diam diam dari Tio.

"Mas?" Davina berbalik dan raut wajah terkejutnya membuat Rasya ingin segera menarik wanita itu ke dalam rengkuhannya.

"Malam ini kamu mau tidur di sini?"

'Bodoh,' runtuk Rasya dalam hati. Bagaimana bisa ia bertanya seakan-akan Davina adalah orang asing yang ingin menumpang tidur di rumah ini.

Rasya berdehem canggung, "Maaf, bukan maksud gimana-gimana. Aku cuma mau tanya. Kalau kamu mau tidur di sini aku bisa ganti sprei dul atau beberes dulu. Beberapa hari ini aku nggak sempet beberes. Aku--"

"Aku mau tidur sama kamu lagi, Mas." potong Davina.

"Aku pulang ke sini lagi, ya?" lanjut Davina.

Dada Rasya memanas saat mendengar ucapan Davina. Seketika hatinya langsung dipenuhi oleh rasa bersalah.

"Maaf, waktu itu aku kalut banget. Aku udah sebrengsek itu ya," sesal Rasya.

Davina tersenyum teduh. Wanita itu melempar ponselnya ke sofa dan mendekati Rasya untuk memeluk suaminya itu.

"Salahnya dibagi dua, ya, Mas. Aku juga salah. Makasih karena udah mau berusaha. Maaf sebelumnya kalau mungkin ucapan aku  ini bakal bikin kamu nggak nyaman, tapi aku yakin anak kita bakal bangga punya Ayah kayak kamu," tutur Davina dengan pelan.

Kepala Davina menengadah ke atas dengan dagu yang ia tumpukan pada bahu Rasya. Davina tidak boleh menangis saat Rasya kini sudah menyembunyikan wajahnya dan menangis di ceruk leher Davina.

"Kita usaha sama-sama, ya, Mas," ujar Davina.

•°°•°°•


Canggung melanda pasangan yang telah menikah selama dua tahun lebih ini. Bahkan pada saat malam pertama mereka pun mereka tidak secanggung ini. Waktu itu mereka berdua langsung mandi secara bergantian dan menghabiskan malam pertama mereka dengan menonton Netflix hingga keduanya sama-sama ketiduran.

Sekarang, ketika keduanya telah tinggal lebih dari dua tahun dan di perut Davina sudah ada bukti cinta mereka yang dengan sepihak Rasya hadirkan. Justru keduanya kini diliputi rasa canggung.

Davina bingung akan berbuat apa dengan kondisinya yang sedang hamil. Dia takut akan membuat Rasya tidak nyaman jika dirinya inisiatif duluan. Sementara, Rasya tidak tahu bagaimana cara atau sikap yang tepat untuk memperlakukan seorang ibu hamil.

"Em.. Kata Tio sekarang kamu gampang ngantuk. Kalau kamu udah ngantuk kamu boleh tidur duluan. Aku mau buat teh melati dulu. Nggak tau kenapa kalo belum minum teh sekarang kayak ada yang kurang," ujar Rasya yang mengawali percakapan dengan wanita hamil yang sedang duduk di atas kasur dan bersandar pada kepala ranjang itu.

WANGSA [selesai | terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang