8. Lombok dan Kamu #2

3.1K 220 0
                                    

Taman Udayana adalah tempat wisata yang terletak di pusat Kota Mataram. Tempat ini merupakan salah satu destinasi wisata yang ramai dikunjungi oleh anak muda pada malam hari. Taman hijau terbuka ini juga menyediakan berbagai pilihan kuliner untuk dinikmati saat indahnya malam melingkupi.

Meskipun malam ini Taman Udayana tidak terlalu ramai, tapi keindahannya masih tetap sama. Justru karena tidak terlalu banyak orang, Davina dapat mengambil foto dengan bebas dan dengan hasil yang apik. Rasya tetap setia memotret setiap gaya Davina. Menjadi fotografer sudah menjadi sampingannya sejak Rasya jatuh hati pada pesona Davina.

Hup!

Badan Rasya terhuyung pelan saat seseorang anak perempuan dengan rambut yang dikuncir 2 menabrak kakinya. Bunyi pantat yang beradu dengan kasarnya lantai taman mengalihkan perhatian Rasya dan Davina.

Bibir anak kecil itu melengkung ke bawah, air mata mulai menggenang dan siap untuk tumpah.

Tepat saat anak itu akan mengeluarkan tangisannya, seorang laki-laki yang seumuran dengan Rasya berjongkok dan menggendong anak itu.

Davina yang mengerti apa yang ada di hati dan pikiran suaminya pun menggenggam tangan Rasya.

"Percaya aku, Mas. Ini bukan salahmu," Bisik Davina.

"Mas, Mbak, maaf ya, anak saya baru rewel, udah ngantuk soalnya," sesal pria yang merupakan ayah dari anak perempuan itu.

Dari belakang pria itu muncullah seorang wanita yang tengah hamil besar. Raut wajah wanita itu tampak khawatir dan mengusap kepala anak kecil yang sedang bersandar di bahu ayahnya.

"Mas, Mbak, maaf ya, jadi menganggu. Masnya nggak papa kan?" Atensi wanita yang tengah hamil itu tertuju ke Rasya yang terus diam, dari tatapan matanya pun sudah kentara jika ada sesuatu yang salah dari Rasya.

"Enggak papa kok, Mas, Mbak. Suami saya cuma kaget, tapi nggak papa." Davina merasa jika suaminya harus segera ia bawa pergi atau keluarga kecil itu yang segera pergi. Tangisan anak kecil yang belum mereda itu pasti mengusik pikiran Rasya.

"Lain kali jangan lari-lari di tempat ramai ya, Dek. Kalo jatuh kan pantatnya sakit ya," Davina menepuk punggung anak kecil itu pelan dan ia memilih segera pamit pergi.

"Kalau begitu, saya dan suami duluan ya, Mas, Mbak. Mari," pamitnya.

Rasya hanya mengangguk kecil ke arah keluarga kecil itu dan mengikuti langkah istrinya yang menuntunnya ke mobil yang mereka naiki sebelumnya.

"Langsung ke hotel aja, Pak," pinta Davina.

"Siap, Mbak!" balas sopirnya yang sudah siap di balik kemudi.

"Mas?" panggil Davina.

Rasya hanya menoleh dan mulai menjatuhkan kepalanya ke bahu Davina. "Maaf, kita jadi pulang cepat. Kamu belum puas foto di sana kan?"

Davina terkekeh kecil. "Kok mikirin foto sih? Aku yakin deh, kamu tadi pasti udah foto aku setidaknya 5 foto dalam satu pose."

"Yaa," balas Rasya dengan lesu.

"Yang semangat dong! Gini ya, Mas, yang salah itu si anak kecil itu, sama orang tuanya. Masa jam 9 malem itu anak masih lari-larian di tempat ramai kayak gitu?!" sungut Davina yang akhirnya mampu menerbitkan seulas senyum kecil di bibir Davina.

WANGSA [selesai | terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang