28. Step by Step

3K 335 10
                                    

Sebelum baca like dulu dong👉👈

Kasih semangat aku buat nulis. Karena kalo liat notif kalian menyukai cerita ini jadi berasa di teror buat lanjut nulis 🤣🤣

Selamat membaca....
.
.
.


Davina membuka matanya begitu merasakan sebuah pergerakan yang cukup kuat dari dalam perutnya. Anaknya itu akhir-akhir ini sangat aktif bergerak pada malam hari dan membuat dirinya yang terbiasa tidur sejak sore pun menjadi terbangun di tengah malam.

Davina mengusap perutnya dengan sayang dan meminta pengertian kepada sang jabang bayi agar dirinya bisa tidur lagi karena matanya begitu berat sekarang. Namun, bukanya diam, nyawa yang sedang bersemayam diperut Davina pun semakin menunjukkan keaktifannya. Memang bukan tendangan kuat yang membuat sakit. Hanya tendangan kecil tapi, cukup mampu membuat Davina tidak bisa memejamkan matanya dengan tenang.

Davina pun memilih untuk bangkit dari tempat tidurnya. Ia meraih kimono satin yang ia tanggalkan sebelum tidur dan beranjak ke kamar mandi untuk buang air.

Sekembalinya Davina dari kamar mandi, Rasya telah duduk di ranjang sambil memainkan ponsel. Mata Rasya masih tampak memerah dengan rambut yang berantakan.

Davina kembali bergabung ke atas ranjang. Tapi, bukannya kembali merebahkan diri, Davina justru menyandarkan punggungnya ke kepala ranjang dan memejamkan mata di sana sambil tangan yang terus mengelus perutnya yang sesekali bergerak halus.

"Kenapa nggak tidur lagi?" tanya Rasya.

Davina membuka mata dan menoleh, ia tersenyum saat melihat Rasya ikut duduk bersandar di sampingnya. Davina lantas mengambil kesempatan itu untuk merebahkan kepalanya ke bahu Rasya.

"Adek lagi aktif. Percuma aku tiduran tapi nggak bisa tidur."

"Apa?" tanya Rasya tak paham dengan apa yang diucapkan oleh istrinya.

Davina pun meraih tangan Rasya dan meletakkan telapak tangan Rasya ke perutnya. Rasya menaikkan kedua alisnya ketika tangannya merasakan ada sesuatu yang bergerak dari dalam perut Davina.

"Huh?" Davina bergumam kaget. Ia kembali terdiam untuk beberapa saat. Namun, apa yang ia rasakan adalah benar bahwa bayinya menjadi diam karena telapak tangan Rasya menyentuh permukaan perutnya.

"Mas, adeknya mau diam!" pekik Davina senang.

"Kenapa? Dia kenapa?" tanya Rasya antara ragu dan takut.

"Akhir-akhir ini, Adek sering nendang-nendang kalo tengah malam. Terus aku jadi nggak bisa tidur. Ya, bukan apa-apa, sih. Tapi kan ini pengalaman hamil pertama aku, jadi aku masih belum terbiasa. Dan, tadi si Adek juga nendang-nendang. Tapi, anehnya dia terus diam pas kamu sentuh. Adek kangen Ayahnya, Mas."

Rasya terdiam mendengar istrinya bercerita. Davina kemudian mengubah posisinya menjadi tiduran menghadap dirinya.

"Mas, sini tiduran." Rasya pun menurut.

"Tolong usapin perut aku sebentar aja, ya, Mas? Aku ngantuk, mau tidur. Nanti kalo aku udah ketiduran, Mas boleh berhenti."

Rasya mengangguk, telapak tangannya mulai mengusap perut Davina kembali. Kali ini ia merasa lebih mantap untuk menyentuhnya, bukan lagi perasaan ragu dan bimbang.

Tak lama kemudian, Davina hembusan napas yang teratur, pertanda bahwa wanita itu sudah terlelap. Dengan tangan yang masih ada di perut Davina, Rasya mencondongkan tubuhnya dan mendaratkan sebuah kecupan di kepala sang istri.

"Mas, sekarang aku tuh udah satu paket sama adek!" Kalimat singkat itu terlintas di benak Rasya ketika mencium Davina. Dengan senyum setipis benang, Rasya pun mencium perut istrinya.


WANGSA [selesai | terbit]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora