The pursuit of pleasure.

9.6K 318 629
                                    

Sejak kemarin, Kelvin terbaring lemah dikamar nya dengan selang infus yang menempel pada tangan kirinya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sejak kemarin, Kelvin terbaring lemah dikamar nya dengan selang infus yang menempel pada tangan kirinya. Keadaan nya memburuk sejak malam itu, kegilaan nya menerobos hujan benar-benar membuat kesehatan nya memburuk.
"

Kelvin, makan dulu. Gue sama nenek bikin bubur."lirih Sella yang baru saja masuk ke dalam sana. Sella terkadang kembali kerumahnya untuk sekedar tidur, tapi ia lebih suka menghabiskan waktu dirumah sederhana dengan kehidupan sederhana ini.

Kelvin tersenyum, "Malah ngerepotin lo."ucapnya tak enak, keduanya sudah mulai berteman dekat, hanya sebatas teman.

"Enggak lah, lagian juga gue mau belajar bikin bubur. Gampang sebenarnya, gue aja yang gak bisa."keluh Sella menarik kursi didekatnya untuk duduk disamping ranjang Kelvin.

"Bentar lagi juga jago, tinggal usaha aja."ucap Kelvin menyambut mangkok bubur itu dari tangan Sella.

"Lo udah nelpon Luna? Em gue rasa Luna berhak tau kalau lo sakit."lirih Sella pelan.

"Gak, gue belum bisa ngomong sama dia sekarang. Gue juga gak mu dia khawatir sama gue. Apalagi dia tau kalau gue sakit karena hujan-hujanan nyariin dia. Gue gak mau bikin dia ngerasa bersalah sama gue."kekeuh Kelvin mulai menyuap bubur itu pelan.

"Tapi dia harus tau kalau lo juga nyari dia Kelvin."keluh Sella.

"Gak perlu Sel, dia gak perlu tau."tegas Kelvin.

Sella hanya mengangguk lirih, "Jadi lo masih suka sama gue?"tanya Kelvin tiba-tiba.

"Kalau gue bilang udah enggak, berarti gue bohong dong."jawab Sella dengan kekehan kecil setelahnya.

"Berhenti nyakitin diri lo sendiri Sel, jangan suka sama gue. Itu cuman bikin luka lo makin dalam. Dalam semesta gue, cuma ada Luna Sel, gak ada celah buat orang lain."tegas Kelvin membuat Sella tertegun.

"J-jadi masih Luna pemenangnya?"tanya Sella dengan suara bergetar. Namun mati-matian menyembunyikan kesedihannya.

"Iya, dan akan selalu jadi pemenangnya, maaf."lirih Kelvin pelan.

"Apa lo gak akan bisa ngelupain Luna dan kasih orang lain kesempatan?"tanya Sella lagi.

"Setiap kali gue berpikir buat lupain dia, gue selalu ingat hari pertama gue jatuh cinta sama dia. Bahkan denger namanya aja gue gak bisa nyembunyiin rasa salah tingkah gue. Senyumannya, cara dia bercerita, sikap konyolnya, rasa masakannya, postur tubuhnya dari belakang, gaya rambut favorit dia, suara dia waktu manggil nama gue, semuanya Sel. Semuanya masih terekam jelas di kepala gue. Gue gak punya kata-kata untuk menjelaskan seberapa berarti Luna buat gue. Bahkan saat ribuan wanita diluar sana mencoba ngedeketin gue, pilihan gue tetap Luna."jawab Kelvin.

Begini rasanya, sesakit ini saat orang yang kita cintai menceritakan seberapa berarti nya orang lain baginya. Mata Sella memerah, namun tetap memaksakan senyuman dibibir nya.

DANIELUNA (ON GOING)Where stories live. Discover now