Pretty tiring day.

15.1K 478 238
                                    

Sepulang dari kampus, Luna tak langsung menyusul Zea ke cafe milik Rafael itu, ia malah menuju ke dokter psikiater yang sering ia datangi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sepulang dari kampus, Luna tak langsung menyusul Zea ke cafe milik Rafael itu, ia malah menuju ke dokter psikiater yang sering ia datangi.

Meski ia keliatan sudah membaik, sebenarnya ia tak benar-benar membaik, traumanya masih sering kali muncul namun ia menutupinya. Sebisa mungkin agar Zea tak khawatir padanya. Ia bahkan pergi secara diam-diam tanpa sepengetahuan Zea.

Luna melangkahkan kakinya santai memasuki ruangan dokter Rere, ia memang sudah memberitahu dokter Rere kalau ia akan ke sini hari ini.

"Halo Luna, udah 2 hari ya gak ketemu? Ayo duduk, ada cerita apa nih hari ini?"tanya dokter Rere lembut sekali.

Luna tersenyum lirih, lalu duduk berhadapan dengan dokter Rere. "Gak ada cerita kak."jawab Luna pelan, ia memang terbiasa memanggil dengan sebutan kakak pada dokter Rere, ia sering kali datang kesini sejak beberapa tahun yang telah lewat.

"Luna tangannya kok tergores, tangan Luna bagus banget loh, sayang banget kalau di gores-gores gitu."ucap Rere lembut kala menyadari bekas luka pada pergelangan tangan Luna masih membekas sejak kejadian ia berniat bunuh diri kemarin, Luna sudah memakai baju oversize namun ternyata Rere tetap melihat bekas lukanya.

"Nanti juga hilang kok kak."jawab Luna tersenyum.

"Luna masih suka makanan manis?"tanya Rere lagi.

"Suka, Luna suka banget kak."jawab Luna antusias, bahkan Rere bisa melihat pancaran kebahagiaan dari sana.

"Gimana kalau minggu depan kakak beliin coklat yang banyak deh, tapi Luna harus datang kesini lagi ya. Terus juga tangannya gak boleh di gores lagi, kasian nanti tangannya."bujuk Rere.

Luna mengangguk antusias, "Nanti di kasih coklat kan kak?"tanyanya senang.

"Iya dong, coklat yang banyak, tapi Luna gak boleh nyakitin tangannya lagi ya, nanti tangannya sedih, kan tangan Luna bagus, dijaga ya sayang."bujuk Rere.

Luna mengangguk cepat, mendengar makanan manis saja bisa membuatnya se antusias ini.
"Mobil nya masih ada ya?"tanya Rere lembut, pertanyaan yang terdengar aneh tapi Luna malah mengangguk membenarkan.

"Luna gak suka kak, mobilnya muncul terus."keluh Luna.

Rere mengangguk mengerti, "Nanti hilang kok, Luna berjuang bareng kakak juga ya, kan ada Zea juga, kita berjuang bareng-bareng ya."bujuknya pelan.

Luna mengangguk cepat, "Zea juga bilang gitu, katanya harus berjuang bareng-bareng."ucap Luna.

Prang!

DANIELUNA (ON GOING)Where stories live. Discover now