Crazy sounding offer.

14.6K 510 13
                                    

"Zeaaa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Zeaaa."Luna terus memanggil-manggil nama Zea namun tak ada sahutan dari dalam, Kelvin baru saja mengantarnya pulang ke rumah setelah menghabiskan banyak waktu bersama.

Hanya satu tempat yang belum Luna periksa, yaitu kamar mandi. Ia yakin Zea di kamar mandi karena suara shower masih terdengar dari luar.
"Ze gak biasanya lo mandi jam segini. Zea buka pintunya."Luna terus menggedor-gedor pintu kamar mandi itu tapi tak ada sahutan sama sekali.

Saking paniknya Luna sampai tak menyadari kalau ternyata pintu kamar mandi itu sama sekali tak di kunci. Ia jadi merasa bodoh sendiri. Luna melemparkan tas dan bonekanya asal lalu masuk ke dalam kamar mandi tanpa permisi, ia hanya khawatir. Urusan Zea sudah memakai baju atau belum, itu urusan nanti. Mungkin Zea akan membunuhnya setelah ini karena lancang.

Luna kira Zea tenggelam di dalam bathtub atau mungkin ketiduran, setidaknya itulah isi pikiran Luna sebelum ia masuk ke dalam kamar mandi.

Namun, semua dugaannya salah. Zea hanya duduk dibawah pancuran air shower sambil menangis tersedu-sedu. Luna tak bisa menjelaskan sepanik apa dirinya sekarang, ia tak memikirkan pakaiannya yang mungkin akan basah, ia tak perduli. Hal pertama yang ia lakukan adalah membawa tubuh basah Zea ke dalam pelukannya. Memeluknya erat sekali tanpa bertanya ada apa. Apa yang terjadi, Luna tau jika ia menanyakan itu sekarang hanya akan membuat Zea semakin histeris.

"Hiks hiks kenapa harus gue Na, hiks."rintihan itu terdengar begitu memilukan, Luna tak tau apa masalahnya, yang jelas ia hanya mengangguk sambil terus mengusap punggung Zea.

Cukup lama Luna membiarkan Zea menangis di pelukannya sebelum ia berdiri dan mematikan shower nya. Membawa tubuh Zea yang sudah gemetar kedinginan keluar dari sana.

Luna berlari cepat mencari handuk untuk mengeringkan tubuh Zea meski tubuhnya juga ikut basah.
"Ze, sini gue keringin dulu."ucap Luna lembut. Mengeringkan rambut Zea perlahan meskipun ia juga kedinginan.

Luna berlari lagi, mencari pakaian tebal yang ada di lemarinya. Ia bergegas memberikannya pada Zea.
"Ze, lo bisa ganti baju lo dulu. Gue gak mau lo masuk angin. Jangan bikin gue khawatir kaya gini. Pakaian lo taruh di dalam aja, nanti biar gue yang cuci."mohon Luna hampir menangis.

Zea mengangguk mengambil pakaian tebal itu dan kembali masuk ke kamar mandi.

Luna sampai gemetar kedinginan, tubuh Luna lemah sekali. Ia benci dingin, ia tak suka dingin karena ia mudah sekali terserang flu, kekebalan tubuhnya sangat lemah.

Luna membuka lemarinya, ia hanya punya satu pakaian tebal dan ia berikan pada Zea. Sekarang ia tak punya lagi, Luna tak punya banyak pakaian karena ia lebih mementingkan membeli buku-buku kuliah dari pada harus memenuhi keinginannya.

Luna menghela nafasnya pelan, ia mengambil baju tidur saja. Setidaknya ini akan memberinya sedikit kehangatan, ia berniat memakai selimut semalaman.

Luna bergegas mengganti pakaiannya di toilet. Saat ia keluar, ia sudah mendapati Zea duduk di depan meja rias. Menatap dirinya pada cermin berukuran cukup besar itu. Matanya sembab, air yang masih menetes di rambut panjangnya, matanya menatap kaca seolah itu sangat menyakitinya.

DANIELUNA (ON GOING)Where stories live. Discover now