41

5.3K 428 32
                                    

---Coffee---








Haechan duduk di sebuah sofa di dalam ruangan kerja milik suaminya sambil mengelus perut buncit nya dengan kedua mata yang masih menatap kearah ruangan sana; menatap putranya yang sibuk bermain mobil-mobilan nya bersama Bibi Kim yang menemani.

"Nyonya. " Antensinya teralih ketika seseorang memanggilnya, disana ada seorang wanita yang berdiri di sampingnya sambil membawa nampan yang berisikan sebuah Jus, "Presdir Jung meminta saya untuk mengantarkan Jus ini pada anda. " Ucap wanita itu.

Haechan mengangguk, lalu meminta wanita itu untuk menyimpan Jus nya di atas meja di hadapannya yang setelahnya wanita pamit untuk keluar.

"Tumben sekali. " Cicitnya sambil terkekeh pelan, jarang sekali suaminya itu meminta dirinya untuk meminum Jus. Mungkin saja karena ia ikut ke kantor hari ini, mungkin (?)

Haechan meminum sedikit Jus tersebut, rasanya memang enak tapi ia sedikit tidak suka dengan bau nya. Aneh. wanita itu berdiri perlahan sambil memegang perut buncit nya, berencana untuk menghampiri Yuan yang masih asik bermain disana.

Baru dua langkah Haechan berjalan, Tiba-tiba saja perutnya terasa begitu keram. Wanita itu mengigit bibirnya dengan ujung sofa yang ia remas begitu kuat sambil mengaduh sakit, kakinya mulai melemas hingga membuatnya terjatuh kebawah.

Tepat pada saat itu pintu ruangan bergeser memperlihatkan suaminya yang baru akan masuk kedalam ruangan. Melihat istrinya yang mengaduh sakit sambil terduduk di bawah membuatnya sontak berlari menghampiri Haechan.

Mark berjongkok dengan wajah yang terlihat jelas dirinya sedang cemas, pemuda itu menyentuh pipi istrinya, "bertahan sebentar ya? " Ucapnya penuh khawatir ketika melihat darah yang mengalir di kaki Haechan.

"Mark, sakit... " Lirihnya, dahinya mulai bercucuran keringat sebesar biji jagung, wanita itu meringis menahan sakit di perutnya yang terasa tembus hingga ke pinggang.

Mark mengangguk, ia mengusap sebentar keringat yang bercucuran di dahi istrinya lalu menyelipkan tangannya pada lipatan kaki dan juga punggung Haechan.

"Tuan ada apa dengan Nyonya?! " Tanya Bibi Kim sambil menggendong Yuan yang menangis meraung-raung untuk di turunkan, ingin menghampiri Mommy nya tapi tidak di biarkan oleh Bibi Kim.

"Saya tidak tau, Bibi Kim tolong jaga putra saya. " Jawab Mark sambil melangkah lebar keluar dari ruangannya yang di ikutin Bibi Kim di belakangnya.

Semua pegawai yang berlalu lalang sontak berhenti ketika melihat istri dari Bos nya sedang di bawa terburu-buru keluar dari Perusahaan. Yang membuat mereka terkejut adalah tetesan darah yang terus keluar melewati kaki Haechan; hingga akhirnya Pria tersebut memasuki lift.

Sesampainya di lantai dasar, pemuda itu kembali melangkah lebar untuk segera keluar dari perusahaannya.

Saat tiba di luar perusahaan supir pribadinya dengan sigap membuka kan pintu bagian penumpang, lalu menuntupnya kembali ketika Tuan nya sudah masuk. Ia mengitari mobilnya, lalu masuk ke bagian kemudi.

Haechan terus merintih sambil meremas pundak suaminya, sesekali ia mengigit pundak suaminya juga sebagai pelampiasan rasa sakitnya. Mark tidak bergerak sama sekali membiarkan istrinya untuk melampiaskan rasa sakitnya sambil terus mengusap punggung Haechan.


••••



"Mark sakit sekali... Aku takut. " Haechan berucap pelan, dengan tangan yang di genggam seerat mungkin oleh suaminya.

Cᴏғғᴇᴇ • MarkhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang