26

8.7K 684 20
                                    

---Coffee---






Sinar matahari yang memaksa masuk kedalam kelopak matanya cukup membuat tidur Haechan sedikit terusik, melenguh pelan sembari sedikit merentangkan otot-otot tangannya akhirnya Haechan membuka perlahan kedua kelopak matanya menatap ke samping yang ternyata sudah tidak menemukan suaminya. Omong-omong dimana suaminya itu? Bukankah hari ini hari minggu.

Beberapa saat setelahnya suara pintu kamar mandi terbuka menampakan Mark yang baru saja selesai membersihkan tubuhnya. Dengan menggunakan celana pendek berwarna hitam dengan kaos pendek dengan warna senada pemuda itu berjalan menghampiri istrinya sembari mengeringkan rambutnya yang masih basah.

Mark mendudukan bokongnya di pinggiran ranjang sebelah Haechan.
"Saya kira kamu masih tidur, ingin sarapan? Saya sudah meminta bibi Kim untuk membuat sarapan. " Ucapnya sembari mengusap lembut pucuk kepala Haechan.

"Tumben sekali kau sudah mandi. " Gumamnya pelan dengan suara khas bangun tidurnya.

"Tubuh saya terasa lengket, makannya saya mandi. "

Mendengar jawaban dari suaminya cukup membuat pipi Haechan bersemu di pagi hari. Mengingat bagaimana mereka melakukan hubungan intim semalam, sebenarnya tidak lama hanya beberapa menit karena Haechan mengeluh jika dirinya sudah kelelahan. Mark juga tidak bisa memaksa untuk terus melakukannya, ia takut jika nantinya akan beresiko pada calon anaknya.

"Pipi kamu memerah, kenapa? " Tanya Mark dengan nada yang sedikit menggoda.

Haechan mengerucutkan bibirnya, " diam! Aku malu. " Cicitnya sembari menutupi wajahnya dengan selimut.

Mark terkekeh melihat tingkah menggemaskan istri kecil nya itu.

"Ingin bermain ke suatu tempat atau berbelanja? Saya akan menemani kamu seharian ini. " Ajaknya menawarkan.

Haechan segera menyibakan selimutnya ketika mendengar penuturan dari suaminya itu, merentangkan tangannya meminta agar Mark membantunya untuk bangun.

Mark menggeretakkan giginya gemas. Dengan segera pemuda itu membantu Haechan untuk beranjak dari kasurnya dengan perlahan, kandungan Haechan yang semakin besar membuat wanita itu sedikit kesulitan untuk melakukan aktifitas apapun.

Ini sudah hampir menjadi keseharian Mark ketika kandungan Haechan menginjak usia enam bulan. Dokter bilang bayinya terlalu sehat dan gemuk yang mengakibatkan perut si ibu bayi menjadi lebih besar dari usia kandungan pada umumnya.

Dengan perlahan pemuda itu menarik tubuh Haechan untuk ke tepi ranjang, memakaikan sendal slop untuk istrinya yang setelahnya membantu Haechan untuk berdiri.

Setelah selesai, Mark menemani Haechan ke dalam kamar mandi. Menunggu sekalian menjaga istrinya yang kini tengah mencuci muka, mensikat gigi dan mencuci rambutnya. Selesai membersihkan tubuhnya, Mark kembali menuntun Haechan untuk kembali ke ranjangnya. Pemuda itu berjalan kearah lemari mengambilkan sebuah dress hitam panjang berlangan pendek untuk Haechan pakai.

Pemuda itu menyimpan dress nya di sebelah Haechan. Sekarang tugas Mark adalah membantu istrinya untuk berganti pakaian, dengan perlahan Mark membuka satu persatu kancing piyama yang wanita itu pakai hingga pada akhirnya hanya tersisa bra dan perut buncitnya.

Mark tersenyum hangat ketika melihat perut bulat milik istrinya, tangannya mulai mengusap lembut perut Haechan merasakan beberapa pergerakan dari sang buah hati. Setelahnya pemuda itu mengecup perut Haechan menyalurkan rasa sayangnya disana.

---Coffee---

Siang ini sesuai perkataannya Mark benar-benar menamai Haechan berbelanja di sebuah pusat perbelanjaan terbesar di Seoul, sudah lebih dari sepuluh toko mereka masuki dan masing-masing dari toko tersebut Haechan pasti membeli satu barang yang ia inginkan. Dari mulai baju-baju untuk calon baby Jung, peralatan makan, tidur, boneka, ranjang untuk bayi, mainan, dan juga lainnya.

Cᴏғғᴇᴇ • MarkhyuckWhere stories live. Discover now