19

9.6K 820 54
                                    

---Coffee---







"Mark? " Yuta melambaikan tangannya di depan wajah Mark beberapa kali guna untuk menyadarkan pemuda itu dari lamunanya. Namun rasanya percuma saja lelaki itu tetap pada lamunanya membuat pemuda Nakamoto itu kesal sendiri.

"Ck! Seharusnya aku membicarakan soal pekerjaan dengan Jeno saja sedari tadi. " Ucapnya jengah sambil beranjak dari duduknya. Mark yang baru saja tersadar dari lamunannya pun segera ikut berdiri untuk menahan Yuta yang akan pergi.

"Kau mau kemana? Bukankah pekerjaan kita belum selesai? "

"Pekerjaan ku sudah selesai lima belas menit yang lalu, yang belum selesai itu pekerjan mu! " Jawabnya ketus.

"Tapi aku belum memahami apapun. "

"Bagaimana bisa kau memahaminya, setiap aku menjelaskannya saja yang kau lakukan hanya melamun. Aku bahkan sudah tiga kali mengulang dan jawaban yang ku terima tetap sama, kau tidak memahami apapun yang telah aku jelaskan-, " Mark terdiam. Lelaki itu kembali mendudukkan tubuhnya sembari mengusap wajahnya prustasi.

Mark Benar-benar di hantam oleh pikirannya sendiri, ia menjadi sangat ceroboh akhir-akhir ini semua pekerjaan yang dia lakukan selalu gagal. Setelah satu bulan yang lalu ketika Haechan yang kembali pulang ke Perancis pikirannya menjadi sangat tidak tenang, semua yang ia pikirkan hanya tentang Haechan, Haechan, dan Haechan yang membuat dirinya prustasi sendiri.

Yuta mendengus, ia kembali duduk di tempatnya. "Mark, kau harus bisa mengendalikan pikiranmu sendiri. Bagaimana jika Tuan Jung mengetahui jika akhir-akhir ini kinerja putranya semakin menurun, dia akan sangat kecewa padamu Mark. Kau harus memikirkan itu. "

Menghela nafas panjang, lelaki itu menyenderkan punggungnya pada kursi sambil memijit keningnya yang terasa pusing. "Aku sudah berusaha Yuta. Tapi aku selalu gagal, Haechan terus saja menguasai pikiranku apa lagi sudah satu minggu lebih ini dia tidak membalas pesan ku sama sekali. Aku sangat khawatir bagaimana keadaanya di sana, apakah dia baik-baik saja? "

"Haechan pasti akan baik baik saja Mark. Disana ada seluruh keluarganya yang menjaga dirinya jika kau lupa itu. "

"Aku tau ta-,"

Brak!

Belum selesai Mark dengan kalimatnya, sebuah gebrakan pintu terdengar dengan sangat kencang. Di ambang pintu sana terlihat seorang wanita cantik yang sekarang tengah menatap tajam pada putranya itu.

Mark dan Yuta segera berdiri dari duduknya. Lelaki jangkung itu berjalan mengitari meja guna mendekat kearah Taeyong yang kini juga sedang melangkah lebar padanya.

"Mom, ada ap-, "

Plak!

Satu tamparan telak di dapatkan oleh Mark. Pemuda itu terdiam, mengusap pipinya sembari menatap tak percaya pada Taeyong. Begitupun dengan Yuta yang samanya terkejut, lelaki itu segera menunduk.

"Kau menghamili Haechan, Mark?! "

Mark terdiam, masih mencerna dengan kata-kata yang baru saja di lontarkan Taeyong. Berbeda dengan Yuta yang hampir saja tersedak saliva nya sendiri, lelaki itu melotot menatap pada tak percaya pada sahabatnya.

"Apa yang mommy katakakan? "

"Johnny menelfon pada Daddy mu, dia berkata jika putraku telah dengan lancang nya menghamili putri bungsu nya-, " Taeyong memotong ucapannya. Wanita itu tersenyum miris sembari menatap penuh kecewa pada putranya itu.

"Aku tidak mengerti bagaimana bisa aku se gagal ini dalam mendidik putraku, Daddy mu benar-benar sangat kecewa padamu Mark. Pulang sekarang, Mommy sudah mengatur tiket perjalan ke Perancis. Johnny ingin menemui mu saat ini juga, kau harus mempertanggung jawabkan apa yang sudah kau lakukan. " Lanjutnya yang langsung melenggang pergi tanpa menunggu jawaban dari putranya. Mark sendiri masih terdiam termenung beberapa saat mengabaikan rasa sakit pada pipinya yang mulai menghilang.

Cᴏғғᴇᴇ • MarkhyuckWhere stories live. Discover now