38

5.1K 462 29
                                    

---Coffee--






seven months later....














"Baik, saya akan segera berangkat sebentar lagi. "



"Dia sudah datang? Kenapa tidak memberitahu saya semalam? "



Haechan menatap Mark yang masih sibuk menggunakan kemejanya dengan ponsel yang di jepit di antara telinga dan bahunya. Entah telpon dari siapa, pagi-pagi buta suaminya sudah mendapatkan banyak panggilan yang membuat tidur nya sedikit terganggu.

Akhir-akhir ini suaminya memang sangat sibuk, katanya banyak masalah di perusahaan yang mengakibatkan dirinya harus bekerja ekstra, bahkan pemuda itu sampi tidak pulang ke rumah selama tiga hari ia menginap di kantornya yang membuat Haechan merasa risau-juga khawatir.

Sudah hampir satu bulan Mark seperti ini. Dia akan berangkat pagi-pagi buta dan pulang tengah malam, bahkan terkadang menjelang dini hari.

Dia sudah tidak pernah menghabiskan waktu di rumah. Jangankan dengan Yuan, dengan dirinya saja hampir tidak pernah mengingat jika suaminya akan berangkat pagi di saat dirinya masih tertidur pulas dan pulang larut malam ketika dirinya sudah tertidur lelap.

"Sayang, aku pergi ke kantor dulu ya. " Ucapnya lembut sambil menghampiri istrinya yang sedari tadi berdiri tak jauh darinya.

Wanita itu mengerutkan keningnya, ke kantor? Tapi hari ini adalah hari minggu.

"Kenapa harus pergi ke kantor? Bukan kah kemarin kau berkata tidak akan ada pekerjaan hari ini? "

"Ahh... Maaf sayang, klien ku datang hari ini dan dia ingin bertemu saat ini juga. Jadi lain kali saja ya. "

Ada rasa kecewa di hatinya. Padahal suaminya itu sudah berjanji kemarin untuk menghabiskan waktu bersama hari ini, berlibur ke taman bersama putra mereka.

"Setidaknya sempatkan untuk sarapan dulu, aku sudah memasak kan makanan untuk mu hari ini. "

"Hhh, aku sedang buru-buru. Nanti aku makan di luar saja, maafkan aku ya. " Mark menangkup kedua pipi bulat istrinya dan mencium bibir nya singkat. "Aku pergi dulu ya? Hati-hati di rumah bersama Yuan, kau tidak boleh terlalu kelelahan jadi mintalah bantuan para pelayanan dan Bibi Kim. Sampai jumpa. "

"Sepenting itukan Mark? "

Baru saja pemuda itu akan berjalan keluar kamarnya, langkahnya kembali tertahan ketika mendengar ucapan lirih dari istrinya. Ia memijit keningnya yang terasa berdenyut.

"Jangan memulainya Haechan. " Setelah mengatakan itu, Mark benar-benar pergi meninggalkan Haechan yang masih berdiri di tempat-memandang suaminya yang sudah pergi dengan perasaan yang begitu sesak. Apa lagi ketika Mark berbicara seperti itu, seakan-akan dirinya memancing sebuah keributan.

Haechan ingin menangis sekarang juga, tapi dia tidak bisa selemah itu karena akan sangat berisiko untuk kandungannya yang sudah mulai membesar. Tanpa bisa di pungkiri, Haechan sedikit menaruh rasa curiga pada suaminya; mengingat sekarang Mark yang super sibuk, tidak ada waktu luang sedikit pun untuk keluarga bahkan di hari libur sekalipun. Suaminya itu seolah enggan untuk menghabiskan waktu bersama dan memilih untuk bekerja terus menerus.

Jika di ingat-ingat, Mark sudah lama tidak menyentuhnya. Terakhir dua bulan yang lalu dan setelahnya mereka tidak pernah melakukan hubungan suami istri lagi.

Semuanya sangat berbeda ketika dirinya mengandung Yuan, suaminya akan selalu menghabiskan waktu di rumah, memanjakan dirinya dan memilih orang lain untuk mengerjakan pekerjaan kantornya. Tidak seperti sekarang, pria itu tidak pernah memanjakannya di usia kandungannya yang mulai menua, bahkan ketika dirinya membutuhkan sesuatu Mark tidak pernah ada. Di hubungi saja sangat sulit.

Cᴏғғᴇᴇ • MarkhyuckWhere stories live. Discover now