20

11.8K 857 28
                                    

Kalo punya, coba setel lagu promise nya Melly goeslaw mungkin bakal sedikit dpt feel nya.


---Coffee---




Malam telah berlalu, kini berganti dengan pagi hari yang cukup cerah. Haechan mulai membuka kedua kelopak matanya dengan perlahan, pandangan yang ia lihat pertama kali untuk hari ini adalah wajah seorang Pria yang kini sedang tertidur dengan nyenyak nya.

Mark terlihat begitu damai saat sedang tertidur pulas seperti ini. Wajahnya terlihat lebih tampan dari sebelumnya, walaupun ada beberapa bekas lebam yang berada di bagian wajahnya itu tidak mengurangi sedikit pun ketampanan seorang Mark Jung.

Bulu mata lentik, hidung yang menjulang tinggi, hingga bibir tipis yang berwarna pink itu menambahkan kesan seksi dari Pemuda itu.

Tangan Haechan sedikit terangkat, jari lentiknya mulai menyentuh permukaan wajah Mark, dengan perlahan wanita itu mulai mengusap lembut wajah milik Mark. Jari telunjuknya menyentuh kening pemuda itu, perlahan sentuhannya menurun hingga pada bibir tipis milik pemuda itu. Dengan hati-hati Haechan kembali mengusap lembut bekas lebam yang berada di sudut bibir lelaki itu.

Ketika Haechan akan menarik kembali tangannya, pergelangan tangannya sudah terlebih dahulu di tahan oleh Mark. Lelaki itu tersenyum tipis sembari membuka kedua kelopak matanya.

"Selamat pagi. " Suara khas bangun tidur Mark cukup membuat pipi Haechan terasa memanas. Ahh, kenapa harus terdengar begitu seksi si?

"Pipimu kembali memerah. " Gumamnya sambil terkekeh pelan, membuat Haechan menarik paksa tangannya.

"Berhenti bersikap manis! "

"Memangnya kenapa? "

"Aku tidak suka itu! "

"Benarkah? Lalu ada apa dengan pipimu yang memerah padam? Seperti tomat. " Godanya kembali.

"Mark Jung sialan! " Umpat wanita itu sambil memukul-mukul tubuh Mark. Sedangkan lelaki itu hanya tertawa pelan sambil berusaha menahan tangan Haechan yang terus memukulinya, takut jika tangan Haechan akan terluka.

Namun, tiba-tiba saja perut Haechan terasa mual. Wanita itu segera beranjak dari tidurnya berjalan sedikit tergesa memasuki kamar mandi dan kembali memuntahkan isi perutnya pada wastafel. Mark yang juga ikut panik pun segera berlari mengikuti Haechan masuk kedalam kamar mandi.

"Hoek! " Haechan terus memuntahkan isi perutnya, dan yang keluar hanya sebuah cairan bening seperti kemarin-kemarin. Mae Ten bilang jika dirinya mengalami morning sickness seperti yang sering dirasakan ibu hamil pada umumnya.

"Sudah berapa lama merasakan mualnya? " Tanya Mark khawatir sambil mengusap lembut punggung Haechan.

Wanita itu mencuci mulutnya, "dua hari yang lalu. " Jawabnya dengan suara yang melemas setelah mematikan keran wastafel nya.

Mark mengangguk mengerti, setelah melihat Haechan yang sudah selesai memuntahkan isi perutnya pemuda itu mulai memeluk tubuh mungil wanita di depannya, melingkari kedua tangannya pada perut rata milik Haechan. Keduanya saling menatap melalui pantulan kaca kamar mandi, dengan perlahan Mark mulai mengusap lembut perut rata Haechan sambil mengecup pucuk kepala gadis itu.

"Apa masih terasa sakit? Mual? Kamu pusing? "

Haechan menggeleng pelan, ia menyenderkan kepalanya pada dada bidang milik Mark. " Tidak terlalu, hanya sedikit pusing dan mual. "

Cᴏғғᴇᴇ • MarkhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang