18

11.3K 946 57
                                    

---Coffee---



Haechan mengulum bibirnya ke dalam sembari menatap gugup pada sebuah rumah yang menjulang besar di depannya sekarang. Selepas siang tadi ke datangan Taeyong ke kantor, wanita paruh baya itu mengundang Haechan untuk makan malam bersama keluarga nya ia juga berkata akan ada hal penting yang ingin di bicarakan dengan Haechan.

Mark yang mengerti akan rasa gugup yang di rasakan Haechan segera menggenggam lengan wanita itu sambil memberikan senyuman manisnya, lelaki itu mengangguk dua kali agar Haechan tenang.

"Semuanya akan baik-baik saja, kamu tidak perlu khawatir mommy hanya mengundang kita untuk makan malam bersama Haechan. " Katanya dengan begitu lembut. Haechan mengulas senyumannya setelah membalas genggaman dari Mark kini keduanya melangkah masuk kedalam.

Sebuah pintu masuk yang menjulang tinggi terbuka dengan lebarnya menampakan sebuah tempat ruang makan yang terlihat sangat besar dan juga mewah. Haechan yang berjalan beriringan dengan Mark tak henti-henti menatap setiap inci dari rumah yang lebih pantas di sebut mansion ini. Ahh, rasanya Haechan merindukan rumahnya yang berada di Perancis, ia juga merindukan ketika dimana kakaknya Seo Hendery yang selalu menyapanya di balik pintu ruang makan dengan sebutan Tuan Putri padanya.

Jaehyun, Taeyong dan juga Jeno yang sudah menunggu kedatangan mereka pun tersenyum hangat sembari menatap kearah Mark dan Haechan yang sekarang sedang berjalan mendekat kearah mereka.

Mark dan Haechan membungkuk sedikit sebagai tanda hormat yang langsung di angguki oleh Jaehyun dan Taeyong. Mark menarik satu kursi kebelakang mempersilakan wanitanya untuk duduk terlebih dahulu selepasnya ia menarik bangku di sebelah Haechan dan segera mendudukkan tubuhnya.

"Sudah lama tidak pulang ke rumah. " Jaehyun membuka suara, menatap lurus pada Mark yang sekarang juga menatap kearah Daddy nya.

"Aku tidak bisa meninggalkan Haechan sendiri di apartement Dad. "

Lelaki paruh baya itu mengangguk kecil, sebenarnya Jaehyun juga mengerti kenapa Mark jadi lebih nyaman tinggal di apartment di bandingkan rumahnya, padahal dulu pemuda itu hampir sama sekali tidak pernah meninggali apartemen miliknya kecuali jika memang ada suatu pekerjaan yang begitu penting.

"Kita makan saja dulu sebelum dingin. " Jeno membuka suara, wajah lelaki itu memelas dengan bibir yang mengerucut kedepan. Sungguh Jeno benar-benar sangat lapar sedari siang ia belum makan sama sekali karena sibuk dengan urusannya di kantor.

Cukup melelahkan pikiran sebenarnya, apa lagi jika ia mengingat dimana Mark yang di buat pusing dengan pekerjaannya yang bahkan hingga tiga tahun lelaki itu tidak sama sekali menginjak dunia luar setelah masuk kedalam dunia bisnis. Mungkin ini salah satu alasan Mark yang lebih mementingkan pekerjaan di bandingkan yang lain. Namun siapa sangka, setelah tiga tahun lelaki itu sibuk dengan dunia bisnisnya ia kini bisa bertemu dengan Haechan di tempat dan waktu yang benar-benar tidak bisa di duga-duga.

Taeyong terkekeh, ia mengacak gemas rambut putra bungsunya itu, " kajja, kita makan terlebih dahulu. "

Tidak banyak suara di dalam ruangan, hanya ada sedikit pembicaraan singkat dan suara ketukan sendok yang beradu dengan piring terkecuali dengan Jaehyun. Pria paruh baya itu lebih banyak diam dari biasanya, Jaehyun adalah tipikal orang yang sering ikut berbaur dalam pembicaraan namun entah kenapa Pria itu hanya berbicara seperlunya.

"Haechan-ie, " Panggil Taeyong dengan suara yang begitu lembut, Haechan yang awalnya tengah membersihkan sisa noda di bibirnya dengan tisu pun segera menghentikan aktivitas nya menatap pada Taeyong yang kini menatap nya dengan serius.

Cᴏғғᴇᴇ • MarkhyuckNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ