33

7.1K 513 31
                                    

---Coffee---














Mark mengendus ceruk leher Haechan, menghirup aroma khas yang di miliki istrinya itu dengan kedua tangannya yang di lingkarkan pada pinggang ramping milik Haechan sambil sesekali mengelus perut rata Haechan yang terasa sedikit membesar (?)

"Sayang.... "

"Hum? " Haechan berdehem pelan, menatap wajah suaminya dari pantulan kaca di hadapan mereka saat ini. Mark mengecup singkat pundak Haechan, " jangan terlalu di fikirkan, semuanya pasti akan baik-baik saja. " Ucapnya berusaha menenangkan. Mark tau, Haechan pasti memikirkan masalah yang terjadi hari ini.

Karena sungguh, ini semua ada di luar kendalinya. Mark bahkan tidak tau alasan Jeno ingin mengundang keluarga nya untuk berkumpul di kantor, pemuda itu kira hanya ingin berkumpul seperti biasanya ternyata ingin memberikan kabar yang luar biasa.

Terdengar helaan nafas panjang, Haechan menyenderkan kepalanya pada dada bidang milik suaminya, mengelus tangan besar yang masih melingkar erat di pinggangnya.

"Aku-, aku hanya takut bagaimana jika nanti para media di luar sana mengetahui yang sebenarnya tentang Yuan. Aku, hanya takut jika suatu saat kebenarannya terungkap jika dulu aku pernah hamil di luar nikah, bagaimana jika mereka tidak bisa menerima kebenarannya dan putraku-, "

"Sstttt. "

Mark memotong ucapan istrinya, ia memutar tubuh Haechan untuk menghadap langsung kearahnya. Tangannya terulur menangkup wajah istrinya menegakkannya sedikit agar mata mereka saling bertemu.

"Semuanya akan baik-baik saja Haechan, Yuan maupun kamu, saya jamin itu. Dan untuk Jeno, saya yakin dia pasti akan melakukan apa yang selama ini saya lakukan menutup rapat tentang kehidupan keluarga kita. Mereka hanya perlu tau tentang kehidupan kita di luar, setelahnya mereka tidak mempunyainya hak apapun. " Jelas lelaki itu.

Haechan terdiam, ia memilih untuk menundukan kepalanya mengigit bibir bawahnya guna untuk menahan air matanya yang mencoba menerobos keluar. Hati nya benar-benar sedang terasa tidak karuan, Haechan hanya takut jika putranya menjadi bahan bully--,an para orang-orang di luar sana.

"Hai, look at me, " Mark kembali menyentuh dagu Haechan mengadahkannya keatas untuk kembali mempertemukan kedua mata mereka.

"do you believe in me? Hm? " Tanyanya kembali. Tidak ada jawaban dari mulut Haechan, hanya ada tatapan lirih dari wanitanya itu. "Jung Haechan, answer me. " Ucapnya yang sedikit di tegaskan. Haechan terdiam beberapa hingga pada akhirnya ia mengangguk sedikit ragu.

Mark tersenyum lembut, ia mengecup singkat bibir plum milik istrinya sembari mengelus lembut pipi bulat milik Haechan. " Terimakasih karena sudah mempercayai ku. " Tuturnya pelan, walaupun nyatanya Mark tau ada sedikit keraguan dari Haechan yang di perlihatkan dari pancaran matanya.

Seorang bocah dengan piyama berwarna biru yang memiliki motif beruang putih dan cokelat itu memutar knop pintu kamar secara perlahan, sedikit menyembul kan kepalanya kedalam,kedua mata puppy nya mengintip kedua orang tua yang masih terlelap di balik selimut sambil saling memeluk satu sama lain. Berlari kecil, bocah itu mendekati kasur king size yang di tempati kedua orang tuanya, ia sedikit meloncat untuk menaiki kasurnya setelahnya bocah laki-laki itu masuk mengendap-endap ke dalam selimut.

Merasakan pergerakan di dalam selimut membuat tidur Mark sedikit terusik, ia membuka kedua kelopak matanya, mengangkat sedikit selimut hingga pada akhirnya pemuda itu di kejutkan dengan seorang bocah yang sedang terkikik di dalam sana.

Cᴏғғᴇᴇ • MarkhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang