07

9K 911 24
                                    

VOTMENT yuk,
Aku bakal up lagi kalo udh sampe 25 vots.

--Coffee--



Haechan melangkahkan kakinya, dirinya merasa senang hari ini bisa bertemu dengan Jaemin, bahkan mereka sekarang sudah berteman. Jaemin juga tidak marah ketika dirinya berdiam diri di tempat resepsionis, malah Jaemin merasa senang karena ada teman untuk mengobrol walupun wanita itu sedikit canggung sewaktu mengetahui jika Haechan adalah kekasih dari atasannya.

Gadis itu menggeser pintu masuk kedalam ruangan Mark, bisa di lihat pemuda itu sedang terpaku pada laptopnya.

Mark yang menyadarinya pun meliriknya sekilas, lalu kembali fokus dengan laptopnya.

"Dari mana saja? " Tanya pemuda itu.

Melangkah, Haechan berjalan mendekati Mark, manarik satu kursi yang berada di hadapan pemuda itu lalu mendudukan bokongnya.

"Habis dari lobby. "

Mark mengernyit mendengar jawaban dari Haechan, untuk apa gadis itu di lobby, "apa kamu membuat masalah lagi? "

Haechan berdecak kesal, "tentu saja tidak! Memangnya aku ini si pembuat onar apa. "Balas Haechan dengan nada yang ketus.

Mark menaikan salah satu alisnya.
"Oh ya? Kamu lupa dengan apa yang sudah kamu lakukan tadi pagi? "

"Itu bukan salah ku tau! "

"Lalu? "

"Ya aku hanya ingin bertemu dengan mu, tapi mereka melarangku dan berbuat kekerasan, itu juga kan ka-, "

DUUAARRRR

Belum selesai dengan kata-katanya gadis memekik kaget mendengar suara petir yang kencang. Haechan menutup kedua telingannya sambil menunduk detik berikutnya gadis itu di buat terkejut ketika dengan tiba-tiba saja semua lampu padam.

Mark meraba meja kerjanya, pemuda itu mengambil ponsel miliknya, menyalakan senter lalu menyorot kearah Haechan yang sekarang sedang menunduk, menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

"Haechan. " Panggil Mark. Bukan jawaban yang dia dapatkan melainkan sebuah isakan, apa gadis itu menangis? Pikirnya.

"Hei, tidak usah menangis. Ini tidak akan lama. " Ucapnya kembali.

Gadis itu menggeleng pelan. "Aku takut- ini gelap sekali. " Haechan berucap dengan suara yang sedikit bergetar. Sepertinya gadis itu benar-benar menangis.

Menghembuskan nafasnya, pemuda itu mengulurkan tangannya pada Haechan. "Kemari. "

Mendengar suara Mark, gadis itu melebarkan sedikit jari-jarinya, menatap Mark melalui sela-sela jarinya, pemuda itu sedang mengulurkan tangan kepadanya.

"Kenapa? " Tanya Haechan sedikit kebingungan.

"Kemari, kamu bilang takut. " Buru-buru Haechan menyambut uluran tangan Mark. Gadis itu beranjak lalu berjalan memutari meja kerja pemuda itu dan berakhir mendudukan bokongnya di pangkuan lelaki itu.

Mark membelalakan matanya, terkejut ketika dengan tiba-tiba saja gadis itu duduk di pangkuannya. Oh ayolah, Haechan ini polos atau bodoh si sebenarnya.

"Apa yang kamu lakukan! Jangan duduk di pangkuan saya! " Sentak Mark.

Bukannya beranjak, Haechan malah dengan kurang ajarnya memeluk leher Mark, menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher pemuda itu.

"Tidak mau, aku takut. "

Cᴏғғᴇᴇ • Markhyuckحيث تعيش القصص. اكتشف الآن