Siapkan mental dan selamat menangis!
INI CERITA PERTAMA, BELUM BERSERIES-SERIES
Darah terus mengalir dari hidungnya. "Obat lo dimana? Lo mau gue antar ke rumah sakit?"
"Gue capek Ra, gue gak butuh obat. Obat gak bisa nyembuhin sakit gue."
"Lo gak a...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
"Ternyata lo lebih sayang delusi lo daripada gue ya Ran." -Rachel Syafana Denara-
oOo
Ran mengajak Rachel untuk berkeliling kota dulu sebelum pulang ke rumah malam ini. Dia ingin menghabiskan seperempat malamnya dengan Rachel.
"Ra kalau lo punya cowok, mau relationship yang kayak gimana si?"
"Gue? Eum, hubungan yang sehat dan nggak ngekang satu sama lain."
"Yang gimana?"
"Gue akan ngebebasin dia dekat sama siapapun bahkan itu perempuan, tapi semua hubungan itu ya jelas hanya sekedar teman biasa aja. It's okey karena dunia dia bukan gue aja."
"Gak harus 24/7 sama gue. Sibuk sama urusan dia untuk grow up gak apa-apa banget, karena lets grow up together maybe in a different way." Perut Rachel mulai terasa sakit kembali.
Untuk menahan rasa sakitnya dia mengeratkan pelukannya pada Ran. "Tapi intinya jangan lupa luangin waktunya untuk satu sama lain, jaga komunikasi yang baik, dan jadiin gue satu-satunya justin heart him itu yang paling penting sih."
"Kalau dia selingkuh gimana?" tanya Ran.
"Kalau dia selingkuh, silahkan aja. Gue gak merasa dirugiin, nanti biar gue aja yang perginya. Gue males banget bersaing untuk hal yang gitu-gituan, mimpi gue masih banyak soalnya."
"Cowok lo nanti pasti beruntung banget ya," ujar Ran.
Rachel tersenyum tipis. "Gue mau dapet cowok yang baik hati dan enggak egois."
Obrolan mereka terhenti karena Ran menepikan motornya ke pinggir jalan. "Ada apa Ran?" tanya Rachel.
"Rendi?" Pandangannya langsung beralih pada orang yang dikenalinya.
"Rendi?" tanya balik Rachel.
Terlihat di mata Ran Rendi berjalan dengan lemas di tengah jalanan yang dilintasi kendaraan-kendaraan dengan kecepatan yang tinggi. Ran mengusap matanya lagi dan lagi, masih terlihat Rendi di sana.
"RENDI!" teriak Ran.
"MINGGIR REN! LO LAGI APA!" teriak Ran lagi.
Rachel kebingungan, siapa yang Ran panggil itu tidak ada wujudnya. Ran tidak punya pilihan selain turun dari motor dan berlari menarik Rendi dari tengah jalan itu.
"Ran mau kemana?" Rachel menahan Ran yang ingin berlari ke tengah jalan.