Siapkan mental dan selamat menangis!
INI CERITA PERTAMA, BELUM BERSERIES-SERIES
Darah terus mengalir dari hidungnya. "Obat lo dimana? Lo mau gue antar ke rumah sakit?"
"Gue capek Ra, gue gak butuh obat. Obat gak bisa nyembuhin sakit gue."
"Lo gak a...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
"Kalanya selalu seperti itu. Dimana ketika gue yang jatuh lo yang meraih tangan gue dan ketika lo yang sedih gue yang akan menggenggam tangan lo." -Ran-
oOo
Hari-hari setelahnya Ran tak pernah absen memakan sayuran dan buah-buahan, karena nasi kadang sulit masuk ke perutnya. Setidaknya itu yang bisa dia lakukan untuk bisa menjaga kondisi tubuhnya. Obat-obatan juga berusaha dia kurangi, agar ginjalnya tak perlu bekerja sangat keras untuk menyaring obat-obatan yang masuk dalam tubuhnya.
Sudah dua minggu berlalu, semenjak Ran putus dengan Anna, setiap harinya sangat banyak yang mengirimi Ran gift. Entah sekedar mengucapkan have a nice day bahkan sampai confess. Sama seperti hari ini, pagi-pagi saat datang di kelas kolong meja Ran penuh dengan small gift.
Ran tak menggubris celetukkan dari Gifran. Ran duduk di tempatnya dan mengambil paper bag dari dalam tasnya. Semua small gift yang ada di kolongnya dia pindahkan ke paper bag tersebut. Begitulah kiranya kegiatan pagi hari yang Ran lakukan. Dia tak membuangnya karena Rachel pernah mengingatkannya suatu hal bermakna.
"Jangan dibuang. Nyari uang susah 'kan?"
"Kalau gak mau diterima kasih ke yang lebih membutuhkan aja Ran."
"Surat-suratnya simpan diarsip, supaya nanti kalau lo merasa sendiri arsip itu ingetin lo bahwa lo dicintai banyak orang."
Hal sederhana itu membuatnya makin sadar bahwa perempuan ini sangat istimewa.
"Eh hari ini pelajaran pertama bahasa Inggris cuy, jangan lupa ada pidato!" ujar Tiara mengingatkan.
"Lo udah hapal Ti?" tanya Braga.
"Ya belum lah!"
Kalau untuk Ran jangan ditanya, karena dia orang yang cepat menghapal apalagi bahasa Inggris. "Kok belum ke kelas-kelas ya?" gumam Ran.
"Lo nungguin Mis Yuri?" tanya Gifran.
Ran menggelengkan kepalanya.
Manusia yang Ran tunggu akhirnya tiba dengan membawa bungkusan plastik hitam di tangannya. "Untung aja belum masuk," ujar Rachel.
"Lo habis dari mana?" tanya Ran, pasalnya mereka berangkat bersama dari rumah.
Rachel hanya tersenyum kemudian memasukkan plastik tersebut ke dalam tasnya. Tepat dengan itu Mis Yuri masuk ke kelas. Hari ini Rachel duduk sendirian karena Anna sedang mengikuti olimpiade IPA mewakili sekolahnya.
