25. Too Young II •

161 8 0
                                    

Terlalu Muda II

Awalnya, aku membenci tatapan tajam dari sekeliling. Bagiku, tatapan semacam itu bak memaki diriku tanpa alasan yang jelas. Aku terlalu muda, polos, dan amburadul untuk dibenci. Ku mencari-cari senyuman yang hangat, tapi yang kudapatkan hanyalah tatapan dingin. Ku tengok kepalaku ke kanan dan ke kiri, tapi yang kudapatkan hanyalah jalan gelap tanpa seorang pun yang mencoba merengkuh bahuku.

Dibenci, dibenci, dan dibenci yang mana selalu terlintas di kepalaku.

Satu kata yang bisa mendeskripsikan hari-hariku yaitu 'sesak'. Aku merasa hidupku seperti dibatasi. Hidupku selalu diminta untuk memilih berbagai macam cara tetapi cara itu nyatanya tidak ada. Aku terlalu muda untuk berpikir keras mencari solusi yang tepat sekaligus diterima. Kulihat sekeliling seperti membenciku, mereka menatapku dengan wajah dingin tak henti-hentinya. Aku selalu ketakutan untuk sekadar berucap. Aku merasa tidak seperti anak-anak kebanyakan. Jika waktu mereka biasanya banyak dilakukan di luar, sementara aku hanya lah di bawah payung yang hendak roboh. Aku pun selalu dan berputar-putar ke alam bawah sadarku. Mencoba keluar dan meminta pertolongan, tapi yang kudapatkan hanyalah penolakan. Aku pun seperti punya dunia gelap dalam jiwaku. Seiring berjalannya waktu, aku juga merasa cepat bosan dan tidak sabar ketika mendengar suatu yang konyol. Aku membencinya. Itu seperti mengejekku setelah sekian lama mencoba mencari kebahagiaan dari orang yang ku sayang.

Di kepalaku pun lantas terisi oleh berbagai macam imajinasi yang seringkali menuntunku untuk merencanakan hal-hal yang bertolak belakang dengan realita. Aku ingin punya rumah yang layak, baju yang bagus, membeli barang-barang yang menunjang hobiku, ke luar negeri lah, dan intinya hanya ingin menjadi orang sukses di sela keterbatasan. Aku mungkin anak yang berprestasi di sekolah, tapi aku juga tak bisa berbuat lebih dan menunjukkannya secara jelas. Aku merasa jika waktuku lebih banyak untuk membaca buku kemudian menyajikan ide-ide brilliant tanpa seorang pun yang peduli padaku. Ku tekankan sekali lagi, aku sangat tak suka pembicaraan yang terkesan receh dan nyeleneh. Aku sangat serius.

Kau itu belajar terus karena miskin, bukan?

Satu kalimat yang juga masih menggantung di kepalaku sampai saat ini. Kurasa apa yang mereka katakan benar apa adanya.

Bergeser dari masa sekolah, aku pun lantas menapak ke dunia perkuliahan. Jadi, meskipun mengandalkan uang beasiswa dan bantuan dari kakekku si Harry, aku merasa itu semua berubah menjadi beban yang tak terelakkan. Resikonya, ini membuatku harus bekerja dua kali lebih cermat dari orang normal pada umumnya. Selama perkuliahan, aku juga sering mengikuti berbagai macam organisasi ya walaupun aku ini introvert— mudah terkuras energinya kala bertemu banyak orang—dan penulisan artikel bersama dosen. Setiap semester, IPK ku juga selalu di antara 3,7-3,9.

Sebenarnya, di samping aku menggemari belajar bahasa asing (Bahasa Inggris), aku juga sangat tertarik dengan dunia kuliner. Anggap saja karena aku juga masih punya jatah uang beasiswa, aku lantas memanfaatkan ini untuk mendaftar kursus English for Specific Purposes di bidang kuliner. Agak mahal memang, tapi aku pun mencoba mempercepat masa belajarku di sana dengan mengambil waktu sekitar 3 bulan saja. Selanjutnya, sejak saat itu aku pun berpikir bagaimana jika aku melakukan bisnis kuliner makanan sekaligus bisa mempromosikan nya dan membangun kursus yang sama di bidang itu.

Baik, akan kuperjelas makna dari English for Specific Purposes itu yang bagaimana. Jadi,  ini adalah bahasa Inggris yang berfungsi sebagai alat komunikasi dalam bidang atau pekerjaan tertentu. Misalnya, kalau dalam bidang kuliner, pastinya nanti akan ada kosakata bahasa Inggris yang berkaitan dengan kuliner atau chef dan lain sebagainya.

Kemudian, untuk membangun gedung restoran dan kursus uangnya dari mana? Ahaha, pasti semua orang tak terkecuali Genda meragukan hal gila ini. Ya, jadi saat umurku 22 tahun, aku sempat membuka bisnis makanan gerobak. Itu terhitung belum ada setahun, tetapi entah mengapa banyak sekali yang tertarik untuk makan di restoranku dalam jangka waktu enam bulan saja.

Fall on Deaf Ears [COMPLETED]Where stories live. Discover now