6. At Least •

785 233 226
                                    

Setidaknya

"Apa ini?" terdengar suara bas milik Revan yang membuyarkan Rio dan Friska

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Apa ini?" terdengar suara bas milik Revan yang membuyarkan Rio dan Friska.

"Sialan, mengagetkan saja."

"Lanjutkan saja haha," goda Revan pada dua orang itu kemudian berlalu ke tangga atas.

"Nggak," kesal Rio tidak suka. Ia pun langsung mengambil jarak dari Friska.

Bodohnya Rio, ia juga tak menyadari jika reaksinya yang berlebihan itu sampai menohok hatinya Friska. Semacam reaksi penolakan akan perasaan cinta gadis itu secara tidak langsung. Ketiganya pun beralih saling melempar pandang, tidak bersuara tetapi mata mereka seolah mengatakan sesuatu.

"Fris!" Rio pun menarik lengan baju Friska dari belakang tapi malah dikibaskan oleh gadis itu.

"Sudahlah! Kau memang menyebalkan, Ri!" kecewa Friska kemudian beringsut meninggalkan Rio di sana.
__

"Genda? Namanya sangat langka sih kalau dipikir-pikir. " Revan pun tersenyum simpul kemudian menarik gorden kamarnya sembari menatap lurus pemandangan malam dari balik kaca.
___

Lanjut, pemuda bertubuh jangkung itu pun bergegas mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. Jarak dari apartemen ke tempat kursus tidak lah begitu jauh. Cukup dengan waktu 20 menit sudah sampai sana. Revan pun lantas menghentikan laju mobilnya tepat di halaman bangunan yang cukup besar itu. Banyak dari siswa dan pengajar lain di sana yang menyambut Revan dengan gembira. Ia pun berdiri sejenak setelah turun dari mobil, dan mengedarkan matanya pada tiap orang yang menyambutnya. Antara mau bahagia atau tidak, ia sebenarnya masih ragu akan perasaannya.

Apakah ini mimpi? batinnya tidak percaya.

Flashback on

"Hikss, hikss." Terlihat oleh Revan yang mana kakek, nenek, bibi, dan pamannya sedang menangis tersedu-sedu di ruang tengah.

"Mengapa ada polisi! Ada apa ini, hah!" panik Revan. Ia yang baru saja pulang dari sekolah pun lantas melempar tasnya sembarang.

"Ke-kenapa ini? Apa yang terjadi? Ayah mana? Ibu?" bingung Revan, ia merasakan sesuatu yang tidak beres.

"Hiks, ayah dan ibumu meninggal, Van," ujar bibinya.

"Ti-tidak!"

Brakk!! tanpa aba-aba Revan pun menggebrak pintu di sana.

"Hentikan air mata kalian! Pembohong kalian! Tatapannya pun berubah nyalang pada keempat orang di depannya. Ya, empat orang, ada kakek sekaligus neneknya yang bernama Parvez dan Utari. Tak lupa, ada paman dan bibinya; Irza dan Silfi.

Fall on Deaf Ears [COMPLETED]Where stories live. Discover now