18. Leave No Trace? •

518 51 266
                                    

Tidak Meninggalkan Jejak?

Apa kabar semuanya ♡. Aku kangen banget sama kalian. Tolong tetap stay sama cerita ini, ya. Jangan lupa vote dan komen, arracii 😊. Terima kasih ♡.

Jakarta, 18 Maret 2022

Waktu semakin berlalu menyisakan sebuah penyesalan terbesar dari Eddy. Seperti sekarang ini, ia malah mengendap-ngendap ke Rumah Tua yang beberapa minggu tidak anaknya kunjungi itu. Pria paruh baya itu pun ditemani oleh beberapa pengawalnya. Sebenarnya ia cukup bersyukur karena akhir-akhir ini bisa menghirup udara segar. Ia yang notabennya bekerja menjadi pengacara pun kini bisa bernafas lega. Tidak ada kasus yang parah yang sekiranya membuatnya harus pusing. Dikejar oleh beberapa klien itu rasanya melelahkan. Walaupun sebenarnya, semakin besar kasusnya, semakin banyak uang yang didapatkannya.

"Entahlah, hanya merasa tak yakin jika anakku mau memaafkan sikap biadabku ini. Pasti dia masih kecewa," lirihnya yang mana masih bisa didengar oleh pengawalnya itu.

"Bagaimana, Pak?" tanya orang itu.

"Kita pulang saja," putusnya dengan sedikit lesu seraya menyeka air matanya yang perlahan jatuh.

"Baik, Pak," balas orang itu mengerti.

10 tahun yang lalu - 18 Maret 2012

Tidak epik memang, jika serangkaian kegiatan dalam acara ulang tahun tidak melakukan aksi potong kue. Sahut riuh begitu meramaikan acara tersebut seperti tanpa halangan apapun. Genda Ayudisha Dianti, gadis yang beranjak remaja dengan rentang umur 12 tahun itu merasakan kebahagian luar biasa karena ulang tahunnya dirayakan secara meriah.

"Ini kemana pisaunya, Yah/Bu?" Genda pun celingukan mencari benda itu di meja sana.

"Tak ada?" timpal Eddy.

"Oh, ya sudah. Ibu ambil pisau dapur saja yang ada di bawah." Acara itu pun ditunda sebentar. Genda dan Eddy tak lupa teman-teman Genda yang hanya datang beberapa itu pun menunggu hal tersebut di lantai atas.

Namun, setelah lama menunggu dan tak ada sahutan, Genda pun menuju ke lantai bawah dan mendapatkan ibunya yang tewas mengenaskan dengan pisau yang menancap sempurna di perut dan wajah cantiknya. Sontak saja, gadis itu pun berteriak dan menangis sejadi-jadinya.

"Tidak!!!!! Ibuuuu!!!! Hiksss."

Sungguh, teriakan Genda itu membuat semua yang ada di lantai atas turun ke bawah. Eddy yang refleks melihat pemandangan di depannya pun hanya bisa mematung kaku. Ia sungguh tak mengira isterinya akan meninggal dalam keadaan tak wajar dan ... tepat di hari ulang tahun anaknya sendiri. Ia pun merasa ini bukanlah yang ia inginkan di seumur hidupnya.

Dari nuansa yang hikmat itu pun lantas menjadi riuh, tatkala beberapa teman Genda juga melihat dengan mata telanjang mereka ada jasad seseorang yang tergeletak dengan hujaman pisau dan bersimbah darah.

"Ayah! Panggil polisi! Hikss ibu. Bangun, Bu!! Hikss."

"Si bedebah itu datang juga ternyata," batin Eddy yang mana kini amarahnya sudah tidak bisa digambarkan lagi. Tapi sedetik kemudian ia menatap sedih Genda, anaknya, yang tersedu-sedu sambil memanggil nama ibunya yang sudah tak bernyawa itu.

Fall on Deaf Ears [COMPLETED]Where stories live. Discover now