8. Accompany Me •

799 218 250
                                    

Silakan menikmati, Feeys. Semoga kalian suka ❤(ʘᴗʘ✿)

Temani Aku

Acara memasak di dapur sederhana bersama pemuda bernama Revan itu pun telah selesai. Terlihat di meja kecil sana tersaji ikan hasil tangkapannya bersama bos nya itu. Genda merasa jika ia punya skill memasak yang tidak diragukan. Banyak kenangan yang menggantung di kepalanya jika membahas dunia chef. Ia tak tahu kenapa. Ia juga jadi teringat memorinya bersama mantannya dahulu.

"Woah, ini lezat sekali!" puji Revan pada masakan Genda. Sungguh, hal ini membuat pipi sang empunya memerah.

"Biasa aja. Aku tipe cewek yang gak bisa masak. Kalau ini enak artinya aku telah mempelajarinya, bukan bakat," balas Genda sambil mencomot sambal yang ada di ulekan.

"Hmm, oke-oke, Ini lebih dari sekadar makanan yang ada di restoran Gen, hahaha."

"Berhentilah, jika kau menggunakan makanan sebagai senjata untuk modus!" pekik Genda. Ia pun memutar bola mata nya malas.

"Sebentar, Gen. Ntah kenapa aku merasa kita pernah ngobrol bareng. Tapi, entahlah di mana. Aku merasa kita pernah bertemu sebelumnya," curhat Revan sambil mengaduk jus mangga di depannya.

"Ya, kau memang pernah bertemu denganku, haha!" Tawa keras Genda hingga mengisi ruang tamu itu.

"Kapan?" Revan melintir pelipisnya.

"Lupakan saja," desis Genda.

'Dasar pikun,' batin Genda.

"Hmm, aku tunggu sampai kau mau cerita denganku," ujar pemuda itu.

"Ou, i-iya," gadis itu menganggukkan kepalanya pelan.

Suasana di sana juga berubah sedikit canggung.

Hanya ada suara cicak yang sedari tadi menjadi pengiring suasana di sana.

5 menit

10 menit

15 menit

20 menit

"Gen," bisik Revan yang sudah menghabiskan makanan di depannya.

"Hmm," gumam Genda.

Sepertinya aku harus pulang, besok kau harus bekerja lagi. Harus, gak boleh nolak!" Revan kemudian ia keluar dari rumah Genda.

Kan, darahnya gampang naik. Aku harap kau tak mati cepat karena suka marah-marah tak jelas begitu.

Namun, sesampai Revan berdiri di teras rumah itu, ia mendapati pemuda yang 'tak kalah jangkung dengannya terlihat sedang melepas sepatu dengan posisi membelakanginya.

Revan diam sejenak, memandang punggung lebar itu. Genda yang dari ruang tamu sudah melambaikan tangannya pun terlihat bingung.

"Siapa kau?" selidik Revan.

"Aku," jawab orang itu enteng seraya berbalik kemudian tersenyum miring.

"Kenapa kau mendatanginya terus? Bukannya sudah usai hah?" Revan pun menatap tajam orang di depannya itu sambil mengeraskan dagunya.

"Van, kesempatan ya? Kau tahu, kan? Aku mantan Genda? Aku seperti tahu arah tujuanmu yang ...." John lantas tertawa mengejek, seraya melihat sorot mata dan mulut Revan yang tak berucap apapun.

"Ahaha, kau! Kau suka dengannya? Ia menyamar! Mengapa kau tak memecatnya, hah! Itu di luar kriteria pekerja di restoranmu!"

"Ikut campur! Sana urusi kehidupanmu yang indah itu, John! apa kau tak bahagia?" balas Revan dingin.

Fall on Deaf Ears [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang