5. Don't Get Me Wrong •

1K 239 236
                                    

Jangan Salah Sangka

Silakan, readers.. 😁😊

"Maaf, katamu?"

"Ini juga karenamu! Kau yang membuat aku kerja di restoranmu itu!" Bukan sedih, tapi lebih pada rasa kesal. Pada dasarnya, Genda tidak ingin kehilangan pekerjaannya itu. Ia merasa gagal, mengapa di waktu yang tidak sesuai? begitu. Harapan untuk dapat gaji yang lumayan pun jadi sirna, pikir gadis itu.

"Bodoh! Kau ini bodoh! Kau menyakiti dirimu jika seperti itu!" geram Revan akan sikap Genda. Ia pun menggoyangkan bahu gadis menyamar itu beberapa kali hingga punggungnya naik turun karena nafasnya yang tak beraturan.

"Ya, aku tahu, setidaknya aku tidak kesepian jika bersamamu," ujar Genda dengan polosnya. Tegang, Genda merasakan nafasnya seolah tersengal setelah mengucapkan beberapa kata tersebut.

"Ck" decak Revan frustasi. Ia pun melirik sekilas ke wajah gadis itu yang beralih memalingkan wajahnya darinya. Sangat kentara ada setitik luka di mata gadis itu. Di saat yang bersamaan, Revan juga sebenarnya sedang mencerna apa yang barusan Genda lontarkan padanya. Ia merasa menyesal karena telah membentaknya.

"Ma-maksudku bukan seperti itu, Gen!" Revan lantas mengusak rambutnya kasar.

"Baiklah, besok aku tidak akan lagi kerja di tempatmu itu," putus Genda seraya menatap wajah tampan itu dengan tajam. Genda pun kini beranjak dari duduknya dan akan meninggalkan Revan yang dihinggapi kebingungan.

"Apa katamu?" heran Revan. Ia pun menarik tangan Genda. "Kau mau pergi ke mana kalau tidak kerja denganku? Mengemis?" sarkas Revan.

Plak!

"Kau? Me-menamparku?" Revan pun lantas memegang pipi kirinya yang panas akibat perlakuan Genda padanya.

"Ma-maaf, aku tidak sengaja, hiks" sesal Genda karena tanpa sadar menampar Revan. Tangannya pun bergetar, karena telah berani melawan atasannya.

"Maaf, sebagai gantinya, aku akan pergi. Kurasa kau tak butuh karyawan tak becus sepertiku. Terlebih, aku juga sudah membohongi mu."

"Kau selalu berpikir negatif!" umpat Revan setelah Genda masuk lagi ke dalam villa tersebut.

Di sisi lain, dari balik tirai salah satu kamar villa, ada seseorang yang mengintip pertengkaran antara Genda dan Revan.

"Oh, jadi seperti itu?" Orang itu terlihat menyeringai.

"Kau tidak tidur?" tanya Dion yang melihat Rio akan berdiri mengambil air minum di nakas.

"Aku tidak bisa tidur," jawabnya yang memilih bermain dengan ponselnya.

"Dasar bocah," Dion kembali menarik selimutnya untuk tidur.

Keesokan harinya_

Sesampainya di apartemen, Genda segera membereskan barang-barang miliknya yang berserakan. Gadis itu juga mengambil beberapa baju dan memasukannya ke koper miliknya. Ia pun mencoba kabur dengan cara mengendap-ngendap. Berharap tidak ada yang mengetahuinya.

"Ini memalukan! Pemuda itu terlalu naif! Aku akan tetap pergi. Mengapa ia begitu baik padaku?" gerundel Genda tidak menyangka akan keputusan yang diberikan pada Revan semalam.
__

Vanrevco

"Rev, Genda tak kerja, ya?" Dion, pemuda denga pipi lesungnya itu pun masuk ke ruang kerja Revan yang mana ia sedang duduk dengan tatapan kosongnya.

Brakk!

"Kenapa kau diam saja!" desak Dion. Dion yang emosi langsung menggebrak meja kerja Revan. Ia heran saja, bagaimana jika Genda mengalami sesuatu.

Fall on Deaf Ears [COMPLETED]Where stories live. Discover now