26. Sengatan Bagaskara

650 98 6
                                    

Biru dan Samudra berhasil membuat kembali simpul yang erat pada hubungan di antara keduanya yang sempat renggang. Sementara sikap Biru pada Andri tak lagi sama meski apa yang gadis itu mau sudah dilakukan, termasuk membujuk Bu Tyas untuk ke Jakarta bekerja kembali meski harus membawa suami dan satu anaknya. Gadis itu lebih pendiam. Semuanya tak mudah bagi Biru untuk melupakan kejadian menjijikan itu dari benaknya. Seringkali Biru merasakan sakit di dadanya saat tiap melihat wajah Andri. Kekecewaan itu masih ada, dan Biru tak yakin kapan akan memudar.

Di samping itu, Biru bersyukur ketika tanpa sadar Nebula berusaha mengisi kekosongan dirinya di luar rumah. Membuat gadis itu sejenak melupakan ingatan buruknya. Biru memang tidak menceritakan apapun, tapi entah mengapa ia merasa jika Nebula seakan mengerti. Dalam hati Biru menggeleng tak percaya merasakan kepekaan pemuda itu yang begitu kuat.

Usai ujian kenaikan kelas, Biru dibuat aneh pada dirinya yang bodoh karena dapat mengerjakan banyak soal tanpa banyak-banyak gelisah atau pusing kepala seperti biasa. Materi yang diajarkan Nebula mati-matian untuk mempersiapkan Biru benar-benar ampuh. Sekarang Biru percaya jika tidak ada manusia yang benar-benar bodoh. Mereka bodoh karena malas belajar sama seperti karakter Biru di awal.

Kini Biru percaya diri sekali ketika tante Ratih, bibinya yang tinggal di Jakarta, yang rencananya akan mengambil raport Biru, pasti akan tersenyum heboh.

Mengenyahkan halusinasi Biru yang belum terjadi, sebelum raport para murid di bagikan, SMA Dermaga mengadakan lomba bertemakan olahraga menjelang liburan, mungkin semacam pesta olahraga. Ah tidak tahu lah, Biru tidak ingin peduli. Ia sudah malas sekali membayangkannya saja.

Beberapa kelas sudah di minta perwakilan untuk mengikuti lomba-lomba. Seperti bulu tangkis, basket, futsal, renang, american football, dan bela diri. Saat mendengar beberapa lomba tersebut, Biru hanya bisa tersenyum getir. Tidak ada yang menarik minatnya. Semuanya melelahkan untuk dirinya yang sedikit pemalas. Ia tidak akan sudi untuk ikut lomba.

Sudah di hari ke lima acara diselenggarakan, tepatnya hari jum'at ini lomba american football akan di laksanakan. Biru duduk bersama Zahira di tribun yang teduh yang hampir melingkari lapangan hijau khusus pertandingan american football. Jujur Biru sebelumnya tak mengerti bagaimana mekanisme pertandingan tersebut. SMA Dermaga di luar ekspetasinya, mereka punya banyak eksrakurikuler yang tak semua dimiliki sekolah lain. Di sekolah lamanya, ekskul tentang olahraga hanya futsal, voli, dan bulu tangkis.

Murid-murid, para penonton, mulai berhamburan memilih tempat duduk. Mereka terlihat antusias menyaksikan pertandingan pembuka antara XI IPA 4 dan XI IPA 1, kelas Biru dan Arvin. Anak laki-laki dari dua kelas itu memang kebanyakan mengikuti ekstrakurikuler american football.

Saat pertandingan hendak di mulai, Biru sedikit menganga melihat nama di punggung salah satu pemain dari kelas XI IPA 1, Arvin. Dan, Biru juga melihat nama Nebula di pihak kelasnya. Seingatnya, Arvin masuk ekskul basket. Lalu untuk Nebula, Biru sebelumnya tak pernah tahu jika Nebula bisa memainkan olahraga tersebut.

"Mereka ... beneran?" gumam gadis itu dan masih bisa Dafa dari samping kiri, yang Biru sendiri tak ingat kapan pemuda tengil itu ada di sini.

"Beneran," sahutnya santai saat menyadari Biru memperhatikan Nebula dan Arvin secara bergantian. "Dari kelas IPA 1 kurang satu pemain, si Arvin dipaksa masuk karena temen-temennya tahu kalau si Arvin waktu kelas sepuluh pernah ikutan sepak bola amerika. Nah kalau si Nebula, dia emang udah ikutan ekskul itu dari awal masuk."

Tanpa sadar Biru mengangguk pelan, menghiraukan pertanyaan dari mana Dafa tahu jika ia mempertanyakan eksistensi Arvin dan Nebula. Menyaksikan pertandingan tersebut, membuat Biru meringis. American football tampak seperti sekumpulan orang yang berulang-ulang saling menabrakkan diri satu sama lain. Ini terlihat sedikit seperti tawuran. Beberapa kali ada pemain yang terguling setelah mendapatkan bola yang disebut football, berbentuk oval dan berwarna coklat.

LautanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang