Michel membelalakan matanya melihat kondisi Aurel yang cukup mengenaskan. Michel segera berlari menghampiri Aurel dengan air mata yang sudah tumpah.

Michel mengangkat kepala Aurel dan menjadikan pahanya sebagai bantalan. Michel ketakutan, ia tidak tau harus berbuat apa. Mau meminta pertolongan pun rasanya tidak mungkin. Mengingat kini mereka tengah berada ditengah hutan.

  "Aurel, lu kenapa Rel? Kenapa bisa jadi kayak gini?" Tanya Michel disertai isak tangis.

  "G-gue dikejar-kejar sama orang ga dikenal. M-mereka berusaha buat b-bunuh gue, Chel. Gue takut," Ucap Aurel terbata.

Ia mati-matian menahan perih diperutnya. Darah segar mengalir deras hingga membasahi baju yang dikenakannya.

  "C-chel?" Panggil Aurel lemah. Michel menyahut dengan tangis yang semakin menjadi.

  "M-maafin gue karena udah rebut Kak Vano dari lu. Gue gatau kalau kalian udah nikah." Lirih Aurel dengan sisa-sisa tenaganya.

  "Lu gausah banyak omong dulu. Gausah pikirin yang macem-macem. Gue pasti bakalan bantu lu. Kita kerumah sakit sekarang. Gue yakin, lu pasti bakalan sembuh." Ucap Michel.

  "G-gue udah ga kuat. Perut gue sakit banget. Gue titip Kak Vano sama lu ya. Tolong bahagiain dia." Pinta Aurel.

Michel menggeleng tegas. "Enggak Rel, lu harus tetep bertahan. Kalau bukan buat gue, tolong tetep bertahan demi Devano. Gue ga bisa bayangin bakal  sehancur apa Dev, kalau sampai lu ga ada."

  "Dia sayang banget sama lu, Rel. Gue mohon, jangan tinggalin dia. Cuma lu yang bisa buat Devano bahagia, bukan gue." Ujar Michel sesenggukan.

  "G-gue ga bisa, badan gue sakit semua. Gue pengen selalu ada buat Kak Vano. Tapi semesta ga mengizinkan gue buat nemenin dia. Gue harus pulang." Kata Aurel.

Lagi dan lagi Michel menggeleng keras. Ia tau arti kata 'Pulang' yang dimaksud oleh Aurel. Ia tidak akan membiarkan Aurel pergi. Tidak, itu tidak boleh terjadi.

  "Gue mohon Rel, bertahan demi Devano. Gue tau lu kuat, Rel. Lu pasti bisa sembuh." Michel tak dapat lagi membendung kesedihannya. Ia menangis terisak melihat keadaan Aurel yang semakin memburuk.

   "Gue janji Rel, kalau lu sembuh nanti. Gue janji, gue akan pergi dari hidup Devano. Gue ga akan ganggu kebahagiaan kalian lagi. Tapi gue mohon sama lu, lu harus sembuh dan kembali sama Dev lagi." Pinta Michel sungguh-sungguh.

  "Gue ga bisa, Chel. Gue harus pergi." Lirih Aurel.

Dengan gemetar, Aurel meraih tangan dingin Michel. Ia menggenggam erat tangan Michel dan menatap teduh mata indah itu.

  "Gue pamit ya, maaf karena harus ada diantara kalian."

Setelah mengucapkan itu, Aurel pun tidak sadarkan diri. Michel yang melihat itupun semakin panik. Ia menggoncangkan tubuh Aurel dan memanggil nama sahabatnya itu.

  "Enggak Rel, enggak! Lu ga boleh pergi. Aurel bangun!!! Gue mohon bangun, Rel." Teriak Michel histeris.

Saat hendak menyentuh pisau yang menancap diperut Aurel. Michel dikejutkan oleh kedatangan seseorang yang sangat ia kenali. Ya, laki-laki itu adalah Devano.

  "MICHEL!!!" Teriakan seseorang berhasil mengalihkan atensi Michel sepenuhnya. Ia sangat hafal dengan suara itu. Itu adalah suara Devano-suaminya.

DEG...

  "LU APAIN AUREL SAMPAI DIA LUKA GINI, HAH?!! LU MAU BUNUH DIA?!!" Bentakan serta tuduhan yang dilayangkan oleh Devano berhasil melukai relung hati Michel. Michel hanya dapat memejamkan matanya saat Devano membentaknya.

Strong Girl Michella (END) Where stories live. Discover now