25. Panas

12 3 0
                                    

Hari ini Dahnia terlihat sangat ceria. Gadis itu sedang menyusuri koridor sambil membalas sapaan teman-temannya dengan riang.

Sampai ketika ia masuk ke dalam kelas, senyumnya langsung mengembang kala melihat Jevan yang tengah tertawa di bangkunya bersama Ragil, Ricko, dan Danang. Keempat cowok itu entah tengah membicarakan apa sampai Ragil saja yang biasanya hanya memasang wajah datar jadi ikut tertawa kecil.

Dahnia tidak tahu apa alasannya, kini, melihat Jevan tertawa rasanya sangat menyenangkan. Cowok itu terlihat semakin tampan saat sedang tertawa.

Tiba-tiba Jevan melirik ke arah Dahnia, membuat Dahnia terkejut karena tertangkap basah tengah memandangi cowok itu. Melihat Dahnia yang terkejut, Jevan malah memberi senyuman manis pada gadis itu. Tentu saja itu membuat Dahnia langsung salah tingkah.

Padahal dulu, melihat senyum Jevan itu terkesan menyebalkan bagi Dahnia, tapi mengapa sekarang senyum itu sangat indah, bahkan sampai membuatnya salah tingkah.

Dahnia segera duduk di bangkunya, tidak mau berlama-lama salah tingkah karena ulah Jevan.

"Pagi Dahnia, lo kelihatan happy banget hari ini. Ada apa? Cerita sama gue dong," sapa Christy yang tadi melihat senyuman lebar Dahnia ketika gadis itu baru saja memasuki kelas.

Dahnia menyengir, lalu menggeleng kecil. "Gak ada apa-apa kok. Gue cuma ingin mengawali pagi dengan ceria aja hari ini," jawab Dahnia berbohong. Padahal alasannya terlihat ceria hari ini karena terus mengingat ucapan Jevan pada sore hari saat kemarin mengantarnya pulang.

"Oh begitu. Kirain ada sesuatu yang bikin lo bahagia banget, sampai lo ceria begini," kata Christy.

"Hehe, nggak kok."

Dahnia menyandarkan punggungnya ke kursi. Mengingat-ingat lagi percakapannya dengan Jevan sore itu. Dan tiba-tiba, ia teringat perihal orang yang Jevan sukai--yang cowok itu bilang adalah temannya Christy. Dahnia jadi sedikit muram mengingat hal itu, namun karena penasaran ia pun bertanya pada Christy.

"Eh Ty, gue mau tanya deh," ujarnya pada Christy.

"Mau nanya apa?"

"Eum.. Kira-kira teman lo yang pintar, lucu, cantik, ambis, terus emosian, siapa Ty?" tanya Dahnia, menyebutkan satu-persatu ciri-ciri gadis yang disukai Jevan yang cowok itu bilang kemarin.

Christy mengerutkan alisnya. Lantas berpikir sejenak.

"Kayaknya, teman gue yang sifatnya kayak gitu lo deh," ucap Christy yang membuat Dahnia terkejut.

"S-selain gue, ada gak?"

Christy menggeleng yakin. "Gak ada Ni. Teman gue gak banyak. Jadi gue hafal banget sifat teman-teman gue kayak gimana. Dan dari ciri-ciri yang lo sebutkan tadi, itu menggambarkan sifat lo banget sih kalau menurut gue," jelas Christy.

Dahnia menghela napas pelan.

Masa sih orang yang Jevan sukai itu gue? Ah gak mungkin, dia pasti lagi ngerjain gue. Kayaknya dia sengaja deh mau bikin gue kegeeran. Batin Dahnia.

"Kenapa lo tanya kayak gini Ni?"

"Eh, nggak kenapa-napa kok. Gue cuma nanya doang," jawab Dahnia yang enggan memberi tahu yang sebenarnya.

"Assalamualaikum semua! Gue ke sini untuk mencari Dahnia!" pekik seorang gadis dari ambang pintu kelas. Gadis itu kini menjadi pusat perhatian seisi kelas sembilan B.

Yura, gadis yang dikenal banyak bicara dan berisik itu kini mendapat surakan dari anak-anak kelas sembilan B karena teriakannya itu yang menggangu.

"Kalau mau nyari Dahnia ya jangan teriak juga dong! Lo nyari pakai mata, bukan pakai mulut," sewot Ricko yang kesal dengan teriakan kencang Yura yang cukup mengganggunya. Padahal Ricko juga sering teriak-teriak di kelas, bahkan suaranya lebih kencang dari Yura.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 14 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

RIVAL Where stories live. Discover now