8. Ribut

95 22 8
                                    

Sesampainya di kantin, dua remaja itu memilih tempat duduk pojok yang kebetulan masih kosong.

Sedari tadi sudah banyak sorot mata murid-murid yang menatap dengan tatapan terkejut sekaligus bingung pada dua anak manusia yang biasanya bertengkar tiba-tiba saja akur, membuat mereka semua keheranan.

"Anjir, napa sih pada ngelihatin kita gitu amat," kesal Dahnia ketika banyak sekali siswa-siswi lain yang memperhatikan dirinya dengan Jevan.

"Biasalah, gue kan ganteng. Pada terpesona sama kegantengan gue mungkin," balas Jevan enteng.

Sementara Dahnia langsung memutar bola matanya malas kala mendengar ocehan Jevan barusan. Ia memilih memesan makanan ke bibi kantin dari pada mendengar ocehan Jevan yang begitu menjengkelkan.

Setelah mendapat pesanan mereka, keduanya itu memilih menyantap makanannya tanpa memperdulikan banyak pasang mata yang masih memperhatikan mereka, bahkan beberapa anak sudah ada yang mulai membicarakan tentang Jevan juga Dahnia, beberapa juga ada yang menerka-nerka apa yang membuat keduanya itu akur.

Sebenarnya bukan hal yang aneh lagi jika Jevan ataupun Dahnia banyak ditatap oleh murid-murid di kantin. Keduanya itu memang sama-sama anak famous. Wajar saja banyak sekali murid-murid yang memandang keduanya kagum.

Namun kali ini, tatapan mereka itu berbeda, seolah bertanya-tanya mengapa kedua remaja yang hampir setiap hari tak bisa akur tiba-tiba makan berduaan di kantin? Biasanya kalaupun Jevan bersama Dahnia, pasti ada teman-temannya yang lain, seperti Ricko, Divana dan yang lainnya. Namun sekarang Jevan dan Dahnia hanya berdua saja, tanpa ada teman-teman mereka yang lain.

Itulah yang membuat fans-fans Jevan maupun Dahnia bertanya-tanya apa yang membuat keduanya menjadi akur seperti ini? Ada urusan apa sampai mereka mau berduaan makan di kantin? Padahal biasanya, berdekatan berjarak lima jengkal pun tidak mau.

"Susah sih jadi orang ganteng, di mana-mana dilihatin mulu," gumam Jevan disela-sela makannya.

"Dih, ganteng dari mananya? Gue aja gak melihat satu titik ketampanan dari wajah lo," cibir Dahnia sambil terus mengunyah.

Jevan menatap Dahnia dengan tatapan histeris. "Apa? Gue gak salah dengar nih? Itu mata lo minus kali, gue yang setiap inci wajahnya ganteng gini gak menemukan setitik pun kata lo?" tanya Jevan dramatis.

Dahnia langsung menggampar paha lelaki di sampingnya itu. "Enak aja mata gue minus! Gak usah ngomong macam-macam lo kang nyinyir!" murka Dahnia.

Sementara Jevan hanya cengengesan sambil mengelus-elus pahanya yang terasa sakit akibat gamparan Dahnia barusan.

"Btw, kita pacaran cuma bentuk tanggungjawab gue doang kan Je? Kalau ntar udah pada percaya lo udah gak gamon ke Nadya, kita bakal putus kan?" tanya Dahnia.

Ia menanyakan hal itu untuk memastikan jika status pacaran antara dirinya dengan Jevan itu hanyalah sebagai bentuk pertanggungjawaban Dahnia saja. Agar nantinya Dahnia cukup tahu batas dan tak lagi kelewat baper dengan sikap lembut Jevan padanya. Dahnia tak mau kalau sampai ia baper dan menyimpan perasaan pada Jevan, sementara lelaki itu hanya menganggap hubungan mereka sebatas bentuk pertanggungjawaban. Sungguh, Dahnia tak mau hal menyakitkan itu sampai terjadi.

Jevan memfokuskan pandangannya pada Dahnia. "Iyalah, emangnya lo berharap apa? Pacaran pake perasaan gitu? Dih, siapa juga yang suka sama lo," ujar Jevan acuh.

RIVAL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang