2. Dihukum

158 33 37
                                    

Jevan dan Dahnia keluar dari kelas dengan membawa alat bersih-bersih di tangan masing-masing

Rasanya hari ini Dahnia sangat lelah, tadi pagi sudah bersih-bersih kelas, sekarang harus membersihkan koridor, mana panjang pula. Ditambah lagi ia dihukum bersama Jevan--cowok paling menyebalkan yang pernah ia kenal.

"Lo yang ngepel!" ujar Dahnia tak mau dibantah, ia melempar pel-pelan dengan kasar ke arah Jevan dan merebut sapu yang dibawa cowok itu.

Jevan berusaha merebut kembali sapu yang dirampas Dahnia, namun gadis itu sudah lebih dulu menjauhkan sapu itu dari jangkauan Jevan.

Jevan berdecak sebal. "Kan gue yang bawa sapu, berarti gue yang nyapu," bantah Jevan.

Dahnia tetap menggeleng. "Gak mau! Lo ngepel, gue nyapu," ujarnya penuh penekanan.

Jevan menghela napasnya pasrah. Agar cepat selesai dan tak berdebat lebih panjang lagi, akhirnya Jevan mengambil pel-pelan itu. Kali ini Jevan mengalah, karena mereka dihukum gara-gara ia yang memulainya duluan.

Selesai membersihkan koridor sembilan A sampai E, Jevan dan Dahnia kembali ke kelas, bertepatan dengan bel istirahat yang berbunyi.

Jevan duduk di bangkunya. Teman-temannya itu sudah lebih dulu ke kantin. Kini di kelas, hanya ada Jevan dan Dahnia yang duduk di bangku masing-masing.

"Gue mau ke kantin, lo ikut kagak?" tanya Jevan pada Dahnia. Teman-teman Dahnia juga sudah ke kantin duluan, Jevan mengajaknya karena kasihan saja jika gadis itu sendirian menyusul teman-temannya.

Dahnia sedikit terkejut. Tumben sekali Jevan mengajaknya ke kantin?

"Gak usah ke geeran, gue ngajak lo karena kasian aja ntar lo sendirian ke kantin. Kelihatan banget jomblonya. Hahaha," lanjut Jevan sambil tertawa puas melihat wajah Dahnia yang sudah cemberut.

"Sana pergi! Gak usah sok-sokan mau ngajak gue!" seru Dahnia dengan kesal.

Jevan kembali tertawa. Lalu ia beranjak dari duduknya.

"Yaudah, bye jomblo," ejek Jevan sebelum ia keluar dari kelas untuk menyusul Ricko dan yang lain di kantin.

Dahnia membulatkan matanya, ia tak habis pikir, ada ya manusia semenyebalkan Jevan? Kenapa pula ia harus mengenali lelaki menyebalkan itu?

Dahnia menghembuskan napasnya pelan. Ia tak menghiraukan ejekan Jevan tadi. Toh, Jevan juga jomblo, sok-sokan mengejek oranglain jomblo pula.

Tiba-tiba perut Dahnia terasa lapar, tadi pagi ia lupa sarapan karena terburu-buru. Akhirnya Dahnia memilih keluar kelas dan pergi ke kantin.

Langkahnya terhenti saat melewati koridor kelas sembilan D yang dipenuhi anak-anak lelaki yang tengah nongkrong sambil mengobrol, sesekali salah satu di antara mereka tertawa saat berhasil membuat seorang siswi malu karena digodanya.

Dahnia enggan melewati gerombolan anak lelaki itu. Ia sungguh tidak suka dengan kebiasaan mereka yang menganggu siswa-siswi yang hendak lewat, itu membuat mereka tidak nyaman termasuk dirinya.

"Mau ke kantin?" tanya seseorang dari belakang. Dahnia lantas menoleh ke arahnya.

Dia Jevan, ternyata cowok itu belum ke kantin. Tadi ia diminta seorang guru untuk membantu membawakan buku dari perpustakaan.

"Lah, lo belum ke kantin? Katanya tadi mau ngantin?" tanya Dahnia bingung.

"Tadi bantuin bu Sari bawa buku paket dulu. Gue kan murid yang teladan, masa gue gak bantu," jawab Jevan dengan senyum sombong.

Dahnia memutar bola matanya malas mendengar jawaban Jevan. Senyum sombongnya itu sangat menjengkelkan.

"Lo mau ke kantin kan?" ulang Jevan karena Dahnia belum menjawab pertanyaannya tadi.

RIVAL Where stories live. Discover now