23. Teman Dekat Jevan

11 5 0
                                    

Obrolan Jevan dan Dahnia masih berlanjut cukup lama. Dari yang awalnya membahas perkara wallpaper, kini topik mereka sudah melebar ke mana-mana.

"Nih ya Je, kalau menurut gue, lo kalau memang gamon ke Nadya tuh waktu itu iyain aja pas dia ajak lo balikan. Kalau kayak gitu gue gak akan penasaran lagi kalau lo gamon beneran atau nggak, terus gue gak akan nanya, gak akan gue sebarin juga deh ke anak kelas," oceh Dahnia.

Jevan menghela napasnya, sedikit kesal dengan topik Dahnia yang kini membahas soal Nadya. Entah sejak kapan, membahas tentang mantannya itu menjadi topik yang paling dihindari oleh Jevan.

"Males banget balikan lagi. Lagipula emang dasar lo-nya aja yang jailnya keterlaluan. Tanggung resikonya lah. Lagian menyenangkan juga lo jadi pacar gue," balas Jevan yang diakhiri dengan senyum kemenangan. Merasa puas karena bisa membalas kelakuan Dahnia waktu itu.

"Menyenangkan pala lo! Gak enak banget jadi pacar lo. Perlu kesabaran ekstra ngadepin cowok kayak lo tuh," ucap Dahnia yang tidak setuju dengan ucapan Jevan. Bagi Jevan mungkin menyenangkan, tapi tentu saja bagi Dahnia tidak.

"Tapi faktanya lo gak pernah sabar ngadepin gue," celetuk Jevan. Memang benar, Dahnia selalu emosi setiap menghadapinya, mana ada Dahnia memakai kesabaran ekstra.

"Ya intinya mah lo menyebalkan."

Jevan hanya menghela napas pasrah. Tidak ingin menyangkal ucapan Dahnia karena ia yakin cewek itu akan tetap menganggapnya sebagai cowok paling menyebalkan meskipun sekarang ia sudah menjadi pacarnya.

"Btw lo sekarang masih gamon ke si Nadya?" tanya Dahnia. Lagi-lagi membahas tentang Nadya, dan Jevan tidak suka.

"Gak." Jevan menjawab singkat, dan ia juga jujur, sekarang Jevan memang sudah berhasil melupakan Nadya. Yang akhir-akhir ini selalu ada dipikirannya malah Dahnia, gadis yang duduk di hadapannya ini.

"Masa sih? Gak usah bohong--"

"Gue gak bohong. Udah dong, ganti pembahasannya, bahas mantan mulu. Mending bahas matematika," sela Jevan yang sudah geram dengan topik yang Dahnia bawa. Sementara Dahnia mendengus kesal karena ia masih kepo dengan bagaimana Jevan memandang Nadya sekarang.

"Gini deh, kita gantian aja gimana? Sekarang kita bahas mantan lo itu, si Eric," usul Jevan.

Dahnia mengerutkan dahinya. "Kayaknya gak ada yang perlu dibahas soal Eric," ujarnya.

"Ada! Gue mau tanya sesuatu tentang dia ke lo," ujar Jevan sewot. Tentu saja tentang ucapan Yura tadi pagi.

"Apaan?"

"Dia mau ajak lo balikan?"

"Katanya sih gitu," jawab Dahnia seadanya.

"Terus lo mau?"

"Mau."

Jevan melebarkan bola matanya. Terkejut mendengar jawaban Dahnia barusan.

"Gila lo? Sekarang lo pacar gue Dahnia!" seru Jevan kesal. Cowok itu sekarang sudah cemberut di tempatnya. Tidak terima jika Dahnia benar-benar mau balikan dengan mantannya.

Dahnia langsung menyemburkan tawanya ketika melihat reaksi Jevan. Tangannya terulur mencubit kedua pipi Jevan dengan keras. Namun cowok itu tidak menghiraukannya sama sekali. Jevan meraih tangan Dahnia yang sedang mencubit pipinya lalu menggenggamnya erat. Dan tatapan seriusnya yang membuat Dahnia tidak tahan ingin kembali tertawa.

"Ni serius dong! Lo beneran mau? Lo masa mau duain gue sih," sewot Jevan memaksa Dahnia untuk segera menjawab pertanyaannya.

Dahnia malah tertawa. Lalu tangannya ia lepas dari genggaman Jevan. "Ya enggak lah, yakali gue mau. Gue mah nggak gamon, gak kayak lo."

RIVAL Where stories live. Discover now