17. Perkara Wallpaper

74 15 2
                                    

"Eh lo pada tadi di panggil pak Dion disuruh ngapain?" tanya Jevan kepada ketiga temannya yang tadi meninggalkan dirinya karena dipanggil oleh guru olahraga itu.

Ricko yang masih mengunyah baksonya segera menelannya untuk menjawab pertanyaan Jevan.

"Cuma disuruh bawain bola dari gedung olahraga," sahut Ragil lebih dulu. Membuat Ricko yang sudah siap menjawab langsung mendelik geram kepada cowok cuek itu.

"Gue baru mau jawab! Diduluin mulu!" geram Ricko.

"Lah? Bawain bola harus banget bertiga?" tanya Jevan lagi.

"Bolanya gak cuma satu." Kali ini, Danang yang menjawab. Ricko sepertinya sudah keburu badmood karena tadi diserobot Ragil untuk menjawab pertanyaan Jevan, hingga sepertinya lelaki itu sudah malas menjawab pertanyaan.

"Buat apaan sih ya?"

Danang mengangkat bahunya, tanda tak tahu. "Kagak tahu, mau dijualin kali," celetuknya asal.

"Ya gak mungkin lah ogeb!" gemas Ricko kepada Danang yang asal nyeletuk begitu. Ucapannya itu loh, sangat ngaco.

Sementara para cewek-cewek makan dengan kalem tanpa banyak bicara. Ntahlah, sepertinya Divana sedang tidak ingin mengoceh, sedangkan Christy sepertinya sedang malas bicara, dan Nindya lebih memilih menikmati makanannya dari pada mendengar dan menanggapi ucapan para teman-teman lelakinya yang sedang sibuk mengoceh.

Dan jangan tanyakan Dahnia, gadis itu hanya diam saja memperhatikan teman-temannya. Agak merasa tidak nyaman karena lagi-lagi memikirkan soal bagaimana ia mengungkapkan tentang perasaanya itu pada Jevan. Padahal tadi ia sudah sedikit merasa lega, tapi karena pesan dari Jevan, ia kembali tak nyaman memikirkan persoalan itu.

"Lah, mau ke mana Je?" tanya Danang ketika Jevan tiba-tiba saja bangkit dari duduknya.

Mendengar pertanyaan Danang, Dahnia langsung mengalihkan seluruh atensinya kepada Jevan.

"Gue mau ke toilet sebentar. Titip ponsel ya," ujar Jevan lalu berjalan, meninggalkan ponselnya di atas meja. Ia tidak takut jika teman-temannya itu akan membuka ponselnya, karena meskipun teman-temannya itu jail, tapi mereka masih bisa menghargai privasi oranglain, terlebih Jevan adalah sahabat mereka sendiri.

Sepeninggalannya Jevan ke toilet, para anak lelaki kembali mengoceh tak jelas dan disusul gelak tawa Ricko dan Danang yang tertawa dengan lelucon mereka sendiri, ya, mereka menertawakan diri sendiri. Membuat Divana yang awalnya kalem-kalem saja jadi dongkol dengan suara tawa Ricko dan Danang yang benar-benar mengganggunya.

"Jangan berisik dong! Gue terganggu nih!" seru Divana mengintrupsi kedua lelaki di hadapannya yang masih sibuk tertawa.

"Kalau terganggu ya tinggal pindah ke tempat lain, susah amat," celetuk Ricko dengan mudahnya. Membuat Divana langsung mendelik menatap cowok tengil itu dengan tatapan murka. Sampai-sampai Danang yang duduk di samping Ricko pun ngeri melihatnya.

"Eh eh stop! Jangan marah-marah Div. Gue sama Ricko minta maaf ya kalo ketawa kita bikin ganggu lo. Kita nggak ketawa keras-keras lagi kok, okay? Jangan marah ya," ujar Danang menenangkan ketika ia melihat Divana sudah siap-siap ingin meluapkan amarahnya saat itu juga.

Divana langsung menghela napasnya lega. Untung saja ada Danang, kalau tidak, sepertinya sosok Ricko dihadapannya itu akan habis ia hajar.

RIVAL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang