1. Perkara Contekan

335 35 40
                                    

Dengan tas hitam di punggungnya, Dahnia berjalan memasuki gerbang sekolah sambil bersenandung kecil. Hari ini Ia datang lebih awal karena harus piket kelas.

Sesampainya di kelas, terlihat seorang anak laki-laki sedang tidur di bangkunya dengan kedua tangan yang dilipat di atas meja.

Anak laki-laki itu Jevan, dia selalu berangkat pagi dan melanjutkan tidur di bangkunya seperti sekarang.

Dahnia hanya melirik Jevan sekilas, ia menyimpan tas lalu berjalan ke pojok kelas untuk mengambil sapu dan mulai menyapu.

Suara sapu Dahnia yang beberapa kali bertabrakan dengan kursi dan meja sepertinya mulai membuat Jevan terusik. Cowok itu akhirnya bangun dan terperanjat saat melihat Dahnia yang berdiri cukup dekat dengannya.

"Ternyata Dahnia, kirain hantu penunggu kelas," ucap Jevan sambil mengelus dadanya.

Dahnia melirik sinis ke arah Jevan. "Enak aja gue dikira hantu!"

"Gue kaget barusan, bangun tidur tiba-tiba ada lo," kata Jevan dengan wajah khas bangun tidurnya.

"Tapi diliat dari belakang lo emang beneran mirip hantu sih," lanjutnya.

Dahnia sontak melayangkan tatapan tajamnya pada Jevan. "Apa lo bilang?"

"Bercanda, serius amat hidupnya," ujarnya dengan watados.

Dahnia menghela napas panjang, ia memilih untuk lanjut menyapu.

"Eh iya, hari ini kan lo juga bagian piket. Bantuin gue nyapu!" titah Dahnia pada Jevan yang baru saja hendak melanjutkan tidur.

"Duh, gue masih ngantuk nih, hapus papan tulis aja ya?" tawarnya.

Dahnia segera menggeleng. "Gak boleh!"

Jevan berdecak. "Gue masih ngantuk berat Ni," ujarnya.

"Cuci muka sana biar ngantuknya ilang!"

"Gak ngaruh, gue harus tidur dulu baru ilang ngantuknya," sangkal Jevan.

"Banyak alesan banget sih, buruan nyapu! Kalau gak mau gue aduin bu Farah kalau lo susah disuruh piket," ancam Dahnia.

"Cih, dasar tukang ngadu," desis Jevan.

Akhirnya dengan langkah malas cowok tinggi itu mengambil sapu di pojok belakang kelas. Sedangkan Dahnia tersenyum puas karena telah berhasil membujuk Jevan untuk piket.

"Rajin banget lo berdua," suara seseorang dari ambang pintu.

Jevan dan Dahnia sontak menoleh ke arah suara. Ternyata itu Ragil, teman sebangku Jevan. Cowok itu masuk ke kelas dan tersenyum kecil pada Jevan dan Dahnia.

"Gue doang yang rajin Gil. Dia kalau gak gue suruh juga gak bakal piket," kata Dahnia sambil menunjuk Jevan.

Jevan mendelik tak terima. "Gue bakal piket kok walaupun gak lo suruh!" protesnya.

"Halah, tadi waktu gue dateng aja lo tidur bukannya piket," balas Dahnia.

"Ya itu karena gue lupa kalau hari ini gue bagian piket," elak Jevan.

"Dasar pelupa!"

"Namanya juga manusia, pasti bisa lupa!"

"Tapi keterlaluan banget kalau jadwal piket sendiri aja lupa!"

"Eh, kenapa malah ribut? Udah, lanjutin nyapunya," lerai Ragil.

"Tau tuh! Bikin emosi aja pagi-pagi," gerutu Jevan.

Dahnia mengerutkan keningnya. "Kapan gue bikin lo emosi? Yang gue bilang tuh fakta, lo gak bakal piket kalau tadi gue gak nyuruh."

Melihat Jevan yang hendak membalas kembali ucapan Dahnia, Ragil langsung menyela, "Udah jangan dibahas! Lo berdua lanjut nyapu aja," ujarnya menengahi sebelum perdebatan mereka semakin panjang.

RIVAL Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu