15. Kekalahan Dahnia

63 15 0
                                    

Pulang sekolah Jevan langsung mendudukan tubuhnya di atas sofa ruang tv yang di sana ada Anggara, kakaknya yang tengah menonton Televisi.

"Kok lo udah pulang kak?" tanya Jevan pada Anggara yang masih fokus pada acara tv di depannya. Biasanya Anggara pulang lebih sore dibanding Jevan, namun hari ini kakaknya itu malah pulang lebih dulu darinya.

"Iya, gurunya rapat, jadi pulang cepat," jawab Anggara.

Jevan hanya mengangguk paham, lantas ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling. "Sara ke mana kak?" tanya Jevan ketika tidak melihat sosok adik perempuannya yang biasanya menyambutnya pulang sekolah.

"Tidur di kamarnya. Kamu makan sana, tadi ibu pergi, katanya pulangnya malam," kata Anggara.

"Pergi ke mana?"

"Ke rumah tante Jia," jawab Anggara lalu seketika terkejut ketika ia mengalihkan pandangannya dari layar tv dan menatap wajah adiknya. "Kok muka lo pucat? Lo sakit Je?" tanya Anggara ketika melihat wajah pucat Jevan.

"Iya," jawab Jevan jujur.

Anggara menyentuh kening Jevan dengan punggung tangannya, lantas menatap adiknya itu dengan tatapan heran. "Iya lo sakit, badannya panas. Kok tetap sekolah sih? Kalau sakit tuh ya istirahat dulu di rumah, jangan maksain sekolah, toh jadi nggak fokus juga kan belajarnya?" omel Anggara yang tak habis pikir pada adiknya yang tetap sekolah meskipun keadaannya sedang sakit.

Jevan berdecak menatap Anggara. "Siapa juga sih yang mau sekolah? Tadi gue udah mau izin sakit aja, lagipula ibu juga nggak izinin gue sekolah. Tapi kakak tau lah gimana ayah? Dia malah nyuruh untuk tetap berangkat sekolah, dan malah berantem sama ibu. Yaudah gue berangkat aja, lagian di rumah malah tambah pusing dengerin ayah sama ibu berantem terus," keluh Jevan kepada Anggara. Kakaknya itu tadi pagi memang sudah berangkat duluan sebelum keributan orangtuanya di kamar Jevan, jadi dia tidak tahu kalau tadi pagi ayahnya lah yang bersikeras untuk menyuruh Jevan tetap berangkat sekolah.

Anggara menghela napasnya berat, lalu menatap adiknya itu prihatin, jujur saja ia juga sudah bosan mendengar pertengkaran kedua orangtuanya itu, dan kini ia jadi merasa kasihan saat Jevan berbicara padanya bahwa dia juga sangat muak mendengar pertengkaran ayah ibunya.

Anggara mengusap pelan rambut adiknya. "Yaudah, makan gih, nanti kakak beliin obat, atau mau ke dokter aja?" tawar Anggara yang langsung membuat Jevan menggeleng kuat.

"Nggak! Gak mau ke dokter dan gak usah beliin obat. Ini udah mendingan kok, mau istirahat aja di kamar," ujar Jevan lalu dengan cepat mengambil tasnya dan berlari ke kamarnya.

"Makan dulu Jevan!" seru Anggara.

"Nggak nafsu makan kak!" balas Jevan dari dalam kamarnya.

"Ck, bandel banget sih anak itu," gerutu Anggara lalu geleng-geleng kepala menghadapi tingkah adiknya.

Di kamarnya, Jevan langsung merebahkan dirinya di kasur setelah berhasil lolos dari Anggara yang menawarinya untuk pergi ke dokter. Dari kecil, Jevan memang susah sekali di suruh minum obat apalagi periksa ke dokter saat sedang sakit. Ntah kenapa Jevan memang tidak suka sekali dengan obat, padahal obat itu yang bisa menyembuhkan penyakitnya. Jevan juga paling benci jika disuruh periksa ke dokter, dia tidak suka dengan suasana rumah sakit dan melihat orang-orang yang sedang sakit di sana, itu yang membuat dirinya tidak mau berlama-lama berada dokter.

RIVAL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang