21. Anak Famous

23 10 2
                                    

Setelah lagi-lagi gagal memberi Dahnia kejelasan agar gadis itu percaya, Jevan berjalan dengan kesal menuju kelasnya.

Tak lama setelah Jevan duduk dengan nyaman di bangkunya, Dahnia kembali dari toilet, bersamaan dengan bunyinya bel masuk pertanda jam istirahat telah usai.

Ricko memberi intruksi kepada teman-temannya untuk segera duduk dengan tenang di bangku masing-masing saat ia melihat bu Ajeng. Guru muda tersebut sudah berjalan menuju kelas mereka.

"Selamat siang anak-anak," ujar bu Ajeng ketika memasuki kelas.

"Siang bu," jawab murid sembilan B serempak.

Setelahnya bu Ajeng mulai membuka pelajaran dan menjelaskan. Anak kelas sembilan B pun mendengarkannya dengan tenang.

Jevan juga tenang mendengarkan bu Ajeng di depan. Namun pikirannya bukan pada pelajaran yang sedang guru itu terangkan. Tapi pada Dahnia yang ia lihat tengah fokus mendengarkan di tempatnya.

Akhir-akhir ini, gadis itu memang sering sekali muncul dipikirannya. Apalagi setelah masalah kesalahpahaman soal wallpaper ponsel, Jevan jadi sering memikirkan Dahnia, padahal mengapa ia semerasa bersalah ini? Kenapa juga Jevan ingin sekali Dahnia tahu bahwa bukan ia yang mengganti foto wallpapernya? Untuk apa? Bukankah Jevan sudah sering membuat Dahnia marah? Namun mengapa rasanya baru kali ini Jevan sangat merasa bersalah?

Gimana caranya bikin si Dahnia mau dengerin gue coba? Lagian tuh cewek ngeselin banget sih ngehindar mulu kalau gue samperin. Kesal Jevan dalam hatinya.

Jevan tidak suka perasaan bersalah seperti ini. Ia ingin cepat-cepat menanyakan pada Arin kebenarannya, lantas meminta Dahnia untuk mendengarnya. Karena ia yakin seratus persen, Arin pasti tahu sesuatu. Dan masalahnya, gadis itu hari ini sakit, membuat Jevan terpaksa harus menunggu lagi esok hari untuk menanyakan perihal ini padanya.

"Argh, kenapa pakai acara sakit segala sih?" gerutu Jevan dengan sangat pelan. Ia masih kesal karena Arin tidak hadir hari ini. Apa Jevan harus menanyakannya lewat pesan agar masalah ini cepat terselesaikan? Tapi rasanya tidak puas kalau harus berbicara lewat ponsel.

Di tengah-tengah sibuknya menjelaskan materi, guru muda yang bernama Ajeng itu sesekali melirik ke arah Jevan yang terlihat tidak fokus memperhatikannya.

"Kamu kenapa Jevan? Kok seperti tidak fokus begitu?" tanya bu Ajeng yang seketika membuat seisi kelas memusatkan perhatian mereka pada Jevan.

Jevan sedikit terkejut ketika bu Ajeng bertanya padanya. "E-eh anu bu, saya...," Jevan bingung harus menjawab apa. Masa iya dia harus terus terang bahwa alasannya tidak fokus itu karena memikirkan Dahnia? Kan tidak mungkin.

"Kamu sakit?" tanya bu Ajeng yang kini sedikit terlihat khawatir.

"N-nggak bu! Saya nggak sakit kok," sanggah Jevan dengan cepat. "Saya sedikit ngantuk aja bu," jawabnya, berbohong.

Setelah menjawab dengan jawaban palsu itu, dalam hati Jevan langsung meminta ampun kepada tuhan karena telah membohongi gurunya.

"Kamu ngantuk? Yasudah, cuci muka gih, biar segar lagi," titah bu Ajeng.

Jevan yang mendengar perintah bu Ajeng segera bangkit dari duduknya. "Saya permisi mau cuci muka dulu kalau begitu bu," ujar Jevan dengan sopan sebelum ia keluar dari kelas. Yang lantas ucapannya itu dibalas anggukan serta senyuman tipis di bibir bu Ajeng.

Belum ada lima menit, Jevan sudah kembali ke kelasnya. Kembali dengan wajahnya yang basah karena habis cuci muka, dan rambutnya yang juga sedikit basah di bagian depannya.

Meskipun tidak mengantuk seperti alasannya pada bu Ajeng, namun Jevan benar-benar menuruti perintah beliau untuk mencuci mukanya.

"Nah, gini kan jadi segar. Jadi tambah tampan lagi," ujar bu Ajeng yang langsung disusul teriakan-teriakan lain dari teman-teman sekelas Jevan yang menggoda Jevan, bahkan bebarapa di antara mereka membuat siulan.

RIVAL Where stories live. Discover now